Maukah Untuk Saling Menerangi?!




Selamat datang para pembaca setia dan pembaca yang baru saja datang di blog ini!!
Selamat menikmati tulisan-tulisan yang semoga bermanfaat ini, dan semoga kalian selalu diberikan keberkahan dari-Nya. Aamiin.
Jadi ditulisan kali ini aku ingin membagikan pemikiranku terhadap satu hal yang tiba-tiba saja muncul dipikiranku. Dan selamat mambaca;

Ada perumpamaan yang masih menjadi tanda tanya untukku, perumpamaannya adalah sebuah lilin. Memposisikan diri sebagai lilin menurutku ada benarnya, ada benarnya karena sebenarnya lilin adalah benda cair yang diciptakan menjadi keras atau bahkan sebaliknya.  Sebuah lilin yang harus tegak berdiri, karena jika tidak berdiri tidak mungkin ada api yang menyala. Sebuah lilin yang harus direkatkan kedasar agar makin kokoh, jika ingin pindah tempat hanya ada 2 resiko merelakan kenyamanan atau merelakan sebagian dari diri kita tertinggal.

Perumpamaan lainnya adalah waktu yang kita punya untuk berdiri, membakar diri dan masalah yang bisa saja datang, masalahnya memang sulit diprediksi; seperti korek yang sembunyi/ hilang, udara yang terlalu lembab atau angin yang berhembus. Kita tidak tau sampai kapan kita akan berdiri, tidak tau sampai kapan akan membakar diri dan terlebih lagi masalah kebingungan siapa yang akan menyalakannya, siapa yang membuat suasana menjadi lembab bahkan berangin.
Dan perumpamaan lainnya adalah sepasang lilin yang berjanji untuk selalu berdampingan, walau didalam ketidak pastian memilih untuk tetap berusaha bersama. Karena mungkin berusaha adalah usaha dalam mengusahakan sesuatu yang bisa saja berhasil.

Sepasang lilin yang saling berdekatan namun tetap dipisahkan oleh jarak agar tidak menyatu, tapi ingin tetap merasa bersatu dalam harapan dan janji. Saat bersama-sama menyalakan api sebuah perasaan, nyatanya tidak sama-sama menghasilkan api yang sama; entah yang satu lebih redup atau yang satunya lebih berapi-api. Saat bersama-sama berjanji  untuk tetap menyala namun keadaan harus membuatnya menjadi kejadian yang tak terduga, sebauh kejadian yang membuat salah satunya padam.

Karena memang sepasang tidak harus selalu dibuat dari bahan yang sama, karena Sang Pencipta memberikan keistimewaan tertentu.
Saat yang satunya padam, yang satunya rela untuk menjadi penerang. Rela menjadi habis. Lalu kenapa tak pilih untuk turut padam? Mungkin jawabannya adalah untuk tetap jadi terang kalau gelap menghadang. Tapi apakah jadi terang, benar-benar menerangi? Tapi apakah menjadi terang benar-benar berarti?.

Kemudian mencari cara agar sebuah lilin dihadapannya menyala kembali dengan meminta bantuan angin, atau pilihan keduanya adalah dengan meminta bantuan orang lain untuk menyalakannya. Sebuah cara memang dianggap penting, tapi sebuah rasa jauh lebih penting dari sebuah cara untuk menghidupkan kembali apa-apa yang mati. Tapi kemana semua usaha ketika orang lain yang malah mencoba menyalakan? Tapi kemana semua janji-janji?

Apa semua itu karena pembakaran yang sia-sia? Pembakaran yang malah menghabiskan dirinya sendiri, atau lebih baik menghabiskan dirinya sendiri hanya untuk orang yang dicintainya walau kenyataannya rasa tidak selalu berpihak pada siapa yang menyalakanny, tapi pada siapa rasa itu diciptakan.

Jika bisa, semua orang mau untuk tidak pernah merasa padam atau berharap ada yang mau menyalakannya kembali dengan sebuah harapan bahwa yang menyalakannya adalah orang yang benar. Jika bisa, semua orang tidak mau menjadi lilin, lilin yang hanya punya waktu sesaat. Jika bisa, semua orang ingin selalu punya waktu yang banyak hingga dapat menemukan apa yang dicari dalam hidup. Jika bisa, semua orang ingin menjadi cahayanya sendiri yang terkadang sering ridup, tapi tetap saja semua orang butuh seseorang.

Jika bisa, aku mau sama-sama kita menerangi. Jika salah satunya redup, kamu perlu tanya, mau diterangi atau aku ikutan redup untuk menemani. Jika salah satunya memilih pergi, kamu juga perlu tanya, mau diikuti atau ditinggal pergi juga. Terkadang kita tidak pernah tau isi sebuah hati hingga kita tau pilihannya terpenuhi.

Atau perumpamaan yang ditulis disini salah? Atau sepenuhnya tidak benar? atau ada beberapa yang benar?, itu pilihanmu. Terkadang kita juga tidak bisa memaksa seseorang untuk menjadi lebih terang dari biasanya dengan alasan yang biasa.

Sekian tulisan kali ini tentang perumpamaan lilin, mungkin jika kalian tidak mengerti bisa dibaca ulang 2 kali dan temukan sendiri perumpamaan menurut kalian. Terima kasih sudah membaca,


See You Next Post J

Posting Komentar

0 Komentar