Get Out of Unrequited Love and Realize That I Can Be Wrong!



Selamat datang di Bla-Bla-Bla yang isinya sangat-sangat random sekali!

 

This time im gonna share my life story, jika cerita ini sebelumnya jadi cerita yang tidak akan pernah selesai, maka kali ini rasanya cerita sudah selesai dan ingin aku bagikan pada kalian. Mungkin nantinya akan ada pihak-pihak yang merasa bahwa cerita ini hanya karangan, atau mengira bahwa cerita ini sebaiknya tidak diceritakan. Tapi, aku aku membuat tulisan ini karena aku mulai sadar bahwa ada yang berubah sejak aku memutuskan suatu hal yang tidak pernah berani aku lakukan.

This is about my unrequited love, atau dalam bahasa indonesianya adalah cinta yang bertepuk sebelah tanganku. Aku rasa dimasa remaja wajar banget untuk kita merasa bahwa menyukai adalah sebuah rasa yang bahwa kita sendiri bingung menjelaskan, rasa yang bisa tiba-tiba saja datang atau perasaan yang dibangun tanpa kita sadari. Dan sama seperti kebanyakkan cinta masa remaja, semuanya tidak selalu berjalan dengan baik, semuanya tidak selalu semulus muka oppa atau eonni. Semuanya ada aja cobaannya dan halangannya. Jika cinta bisa datang dengan mudahnya, maka cinta juga bisa pergi dengan sulitnya, bisa dibayangkan ada beberapa orang yang masih saffering dan kebingungan harus diapakan perasaannya.

So let me tell you what happen with me that time...

He is my friend, and we met when we re in 8 grade. In that time, aku pikir dia adalah teman yang sangat pantas untuk dijadikan best friend. Dia duduk didepan ku, so everyday i heard his story, i saw his smile, his laugh. And you know, aku bantu dia deketin temen 1 kelas kita. Aku pun didekati sama cowo dari kelas lain, so i accepted him. 3 month later, this man, my best friend tell me that he likes me. I’m going to be crazy that time, kayak aku masih pacaran tapi dia ungkapin yang dia rasakan, padahal sebelumnya, sebelum aku jadian aku simpan perasaan sama dia tapi engga selalu aku anggap perasaan itu. I choose to brokeup with that guy in another class, agar aku bisa jadian sama dia yang ternyata hanya 3 hari.

Jadian hanya 3 hari. You know what karena apa? Karena dari 3 hari itu dia jarang banget kabarin, bisa kayaknya sehari Cuma 2-3 kali ngabarin padahal sebelumnya rajin banget. Dari sana kita beranggapan kalau kita masih bisa temenan lagi, atau sahabatan lagi bahkan sampai kita SMK.  Saat SMK pun kita memang jarang ketemu, tapi dia sering banget datang kesekolah karena ada kepentingan tertentu. Aku sudah berkali-kali tau kalau dia sudah punya pacar, berkali-kali juga masih berharap kalau dia akan meminta aku kembali. Sayangnya, dari tiap kode yang aku berikan hasilnya selalu tidak dia anggap atau selalu dia abaikan.

Aku berkali-kali juga menyukai orang lain, dan berkali-kali juga kembali ke dia. Like, i never want somebody else but him but deep inside i wanna forget him cause the only thing that i can feel it’s hurt. Kayak mau diperduliin, tapi dianya engga perduli. Kayak mau diperdulii, tapi dia anggapnya Cuma temen biasa. It happen for almost 5 years, i think.

Mungkin banyak yang bilang, termasuk aku salah satunya. Bilang kalau unfollow or cut the string that tie too hard itu adalah hal yang sangat kekanak-kanakkan. Kayak bisa baik-baik saja tanpa harus cut the connection, kayak bisa terus silahturahmi walaupun udah tidak ada hubungannya sama sekali. But then i realize that is wrong. Ada hal yang jauh lebih penting dan bermakna, tanpa mencari-cari waktu dan situasinya semuanya seakan terbuka tentang hal yang selama ini aku cari atau bahkan aku tunggu-tunggu selama itu.

If that the way its the good thing for youself, its okay to push them away. Walaupun rasanya egois banget, tapi untuk hal ini rasanya bukan egois. Ya, untuk hal ini yang rasanya lebih banyak ruginya untuk aku dari pada untungnya. Karena kayak berjuang sendirian, tanpa diperdulikan bahkan berkali-kali secar halus dibuat mundur. Aku juga kayak makin sadar, bahwa itu bukan hanya perasaan sayang atau cinta yang aku rasakan, tapi lebih keperasaan terlalu percaya dan taruh semua harapan sama satu orang yang aku kira dia akan mengabulkan semua harapan yang aku kasih. Walaupun rasanya kita sudah menunjukkan harapan apa saja yang kita inginkan, orang lain engga selalu menangkapnya secara sempurna atau malah sebaliknya. We’re totally different, cause we are have a different thought and perspective. We cant just tell the people what we want to totally understand what we want, and after tired to tell the all the things we just only ourself to do all the thing.

This month i choose to cut it, i know he realize what i did dan aku sempat takut karena mungkin dia akan berpikir aku jahat atau aneh. And now, i realize that the good thing to do, to let it out something that i cant have. Aku tertawa pada diriku sendiri yang seharusnya melakukannya jauh lebih awal, jauh lebih cepat dari sekarang. Now i have a lot of space to fill with someone that knows this story even though we re in the early relationship, seseorang yang sangat sabar dan membiarkan aku menyelesaikan cerita yang menyesakkan ini sampai tuntas.

Kita bisa berharap pada orang yang kita harapkan bisa melakukannya, tapi orang tersebut tidak selalu memahami atau bahkan tidak selalu satu harapan dengan kita. Kita bahkan bisa mencintai orang yang salah, sampai kita sendiri sadar bahwa itu salah. Walaupun tidak totally salah tapi akan selalu ada hal yang benar datang. Kita bisa meminta orang untuk mencintai kita, tapi kita tidak selalu bisa meminta cinta sebanyak yang kita inginkan.

 

And for the first time, really really the first time I feel like I’m so grateful to feel that. To feel like I’m so in love with someone, and I cant tell about my true feeling to him. The only thing that I can feel it is just to see his smile and think that he is in love with me even though its wrong. I’m so grateful, that I can find another that guys, even better than that guy.

 

I cant cry all over again to that feeling, to that story, and to that guy.

 

Kadang kita memang butuh waktu yang tidak sebentar untuk sadar akan hal yang membuat kita lupa bahwa sakit itu bukan hal yang indah, bahwa rela sakit bukan hal yang baik untuk kita. Pada akhirnya semuanya akan berakhir, entah itu tanpa disadari atau harus diputuskan.

 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar