Kayaknya hampir semua
orang suka sama hal yang colorful, setidaknya melihat warna-warna yang mencolok
adalah sebuah keindahan terutama warna-warna yang ada di alam. Warna pun punya
arti yang berbeda-beda, seakan mempresentasikan bahwa warna tersebut seperti
hidup dan akan terus ada dalam hidup kita. Selain itu warna juga menjadi hal
yang wajib diperkenalkan oleh anak kecil, karena dengan mengetahui warna-warna
tersebut tentu saja akan membantu kita dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan
jika kita hanya bisa melihat 2 warna saja di dunia ini, mungkin akan terasa
sangat hampa sekali.
Bicara soal warna
rasanya gak lengkap kalau bahas tentang masa kecil yang seolah-olah tertarik
dengan warna-warna yang mencolok, dan rasanya pada hal apa pun itu pasti akan
terlihat sangat menarik jika melihat warna-warna mencolok ada pada sesuatu hal.
Kalian pasti pernah
dong, ada di masa sekolah dasar dan menemui pedagang yang berjualan anak ayam
negeri yang lucu-lucu itu?! Siapa sih yang engga gemes dan gak mau memeliharanya?
Nah, itu dia yang mau aku ceritakan di #NaysFlashback kali ini; tentang kisah
berdarah Anak Ayam.
Dulu, saat sekolah
dasar tentu saja ada musim di mana ada
pedagang yang menjual anak ayam dan burung gereja warna warni dan anak bebek.
Ada anak-anak penasaran yang hanya memainkan hewan-hewan itu tapi tidak
membelinya, dan ada yang diam berdiri dari kejauhan hanya untuk memperhatikan
hewan mana yang mau dibeli. Aku tipe yang kedua, aku tipe yang melihat dari
kejauhan dengan seksama, memperhatikan anak ayam mana yang paling aktif dan
paling sering berkiek. Akhirnya aku membawa pulang 2 ekor anak ayam
dengan warna kuning dan pink yang dimasukkan kedalam kardus yang sudah
dilubangi, dan sampai rumah pun kandangnya kardus juga.
Senangnya Bapakku orang
yang mau aku repotkan, aku meminta agar anak ayam yang berada di dalam kardus disimpan di dalam rumah dan
meminta lampu berwarna kuning agar anak ayam mendapatkan kehangatan. Mereka pun
aku pelihara sampai cukup besar, ada yang selamat sampai berukuran cukup besar
dan ada juga yang mati kerena sakit atau tidak aku beri vitamin di minumannya.
Aku sudah berkali-kali memelihara ayam, ada yang mudah mati dan ada yang
dirawat hingga besar dan dibuatkan kandang kayu di belakang rumah.
Namun, dicerita kali
ini aku hanya akan menceritakan satu kejadian yang kemudian menjadi moment
terpenting dalam hidupku. Bagaimana tidak penting, kejadian ini adalah kejadian
yang tidak bisa aku lupakan sampai sekarang.
Pada suatu sore hari,
aku melepaskan 2 anak ayamku yang berwarna kuning dan pink agar main-main di
depan rumah, agar mereka dapat mencari makan atau hanya sekedar berlari-larian.
Anak ayam yang kuning jauh lebih lincah dan beberapa kali mengikutiku kemana
pun aku menuju. Tiba-tiba ada tetangga laki-lakiku yang tidak suka dengan ayam
itu, bahkan terkesan membencinya dan hal itu membuat aku sangat kesal hingga
bertengkar dengannya. Karena pertengkaran kecil itu memuat tetanggaku, seorang
laki-laki yang seumuran denganku mulai kesal dan mendekat kearah anak ayamku
yang berwarna kuning dan menginjaknya dengan kencang.
Perasaanku campur aduk
sekali, aku bingung ingin menangis atau marah setelah melihat keadaan anak ayam
berwarna kuningku yang sudah tidak bernafas. Yang sebelumnya tengah
berlari-larian, mengikutiku saat aku berlari dan kini keadaannya sudah
mengenaskan. Hal yang pertama kali kurasakan adalah kesal karena anak ayam
berwarna kuning itu adalah kesukaanku, dan semuanya berubah ketika tetanggaku
menginjaknya lalu mengejek. Karena kesal aku langsung mengejarnya yang berlari
ke arah rumahnya, dia sempat beberapa kali mengancar dengan melayangkan kepalan
tangannya.
Dia mengambil sesuatu
lalu melemparkannya kearahku yang secara otomatis langsung berlari kencang.
Namun, sayang, hal itu tak bisa aku hindari. Awalnya aku tidak merasakan
sesuatu yang menyakitkan, tapi ada sesuatu yang berbeda. Ada cairan yang
rasanya turun dari kepala belakangku, dan ketika aku mencoba merasakannya aku
menyadari bahwa aku sedang tidak berkeringat. Itu bukan keringat, melainkan
darah.
Ya, anak laki-laki itu
meleparkan batu kearahku dan mengenai belakang kepalaku dan menyebabkan kepalaku
berdarah. Secara otomatis lukaku langsung diobati dengan baik, rasanya tidak
terlalu sakit. Tapi aku masih tidak percaya dengan apa saja yang baru terjadi,
tidak percaya ayam kesayanganku harus mati ditambah aku harus dilempar dengan
batu hingga berdarah.
Kita memang tidak tau
apa yang mungkin orang lain lakukan, kita tidak tau hal sekecil apa yang
membuat orang lain bisa melakukan hal yang besar. Dan lagi, kita tidak selalu
bisa menyalahkan diri kita dengan apa yang terjadi, kita tidak bisa menyalahkan
orang lain. Aku pun bingung harus menyalahkan siapa, tapi rasanya tidak ada
yang perlu disalahkan. Bukankah itu sebulah pembelajaran bahwa semua kemungkinan
bisa saja terjadi.
Aku kangen anak ayam
berwarna kuningku... :(
0 Komentar