Bloody Chick! When lose something i loved

 


Kayaknya hampir semua orang suka sama hal yang colorful, setidaknya melihat warna-warna yang mencolok adalah sebuah keindahan terutama warna-warna yang ada di alam. Warna pun punya arti yang berbeda-beda, seakan mempresentasikan bahwa warna tersebut seperti hidup dan akan terus ada dalam hidup kita. Selain itu warna juga menjadi hal yang wajib diperkenalkan oleh anak kecil, karena dengan mengetahui warna-warna tersebut tentu saja akan membantu kita dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan jika kita hanya bisa melihat 2 warna saja di dunia ini, mungkin akan terasa sangat hampa sekali.

Bicara soal warna rasanya gak lengkap kalau bahas tentang masa kecil yang seolah-olah tertarik dengan warna-warna yang mencolok, dan rasanya pada hal apa pun itu pasti akan terlihat sangat menarik jika melihat warna-warna mencolok ada pada sesuatu hal.

Kalian pasti pernah dong, ada di masa sekolah dasar dan menemui pedagang yang berjualan anak ayam negeri yang lucu-lucu itu?! Siapa sih yang engga gemes dan gak mau memeliharanya? Nah, itu dia yang mau aku ceritakan di #NaysFlashback kali ini; tentang kisah berdarah Anak Ayam.

 

Dulu, saat sekolah dasar tentu saja ada musim  di mana ada pedagang yang menjual anak ayam dan burung gereja warna warni dan anak bebek. Ada anak-anak penasaran yang hanya memainkan hewan-hewan itu tapi tidak membelinya, dan ada yang diam berdiri dari kejauhan hanya untuk memperhatikan hewan mana yang mau dibeli. Aku tipe yang kedua, aku tipe yang melihat dari kejauhan dengan seksama, memperhatikan anak ayam mana yang paling aktif dan paling sering berkiek.  Akhirnya aku membawa pulang 2 ekor anak ayam dengan warna kuning dan pink yang dimasukkan kedalam kardus yang sudah dilubangi, dan sampai rumah pun kandangnya kardus juga.

Senangnya Bapakku orang yang mau aku repotkan, aku meminta agar anak ayam yang berada  di dalam kardus disimpan di dalam rumah dan meminta lampu berwarna kuning agar anak ayam mendapatkan kehangatan. Mereka pun aku pelihara sampai cukup besar, ada yang selamat sampai berukuran cukup besar dan ada juga yang mati kerena sakit atau tidak aku beri vitamin di minumannya. Aku sudah berkali-kali memelihara ayam, ada yang mudah mati dan ada yang dirawat hingga besar dan dibuatkan kandang kayu di belakang rumah.

Namun, dicerita kali ini aku hanya akan menceritakan satu kejadian yang kemudian menjadi moment terpenting dalam hidupku. Bagaimana tidak penting, kejadian ini adalah kejadian yang tidak bisa aku lupakan sampai sekarang.

Pada suatu sore hari, aku melepaskan 2 anak ayamku yang berwarna kuning dan pink agar main-main di depan rumah, agar mereka dapat mencari makan atau hanya sekedar berlari-larian. Anak ayam yang kuning jauh lebih lincah dan beberapa kali mengikutiku kemana pun aku menuju. Tiba-tiba ada tetangga laki-lakiku yang tidak suka dengan ayam itu, bahkan terkesan membencinya dan hal itu membuat aku sangat kesal hingga bertengkar dengannya. Karena pertengkaran kecil itu memuat tetanggaku, seorang laki-laki yang seumuran denganku mulai kesal dan mendekat kearah anak ayamku yang berwarna kuning dan menginjaknya dengan kencang.

Perasaanku campur aduk sekali, aku bingung ingin menangis atau marah setelah melihat keadaan anak ayam berwarna kuningku yang sudah tidak bernafas. Yang sebelumnya tengah berlari-larian, mengikutiku saat aku berlari dan kini keadaannya sudah mengenaskan. Hal yang pertama kali kurasakan adalah kesal karena anak ayam berwarna kuning itu adalah kesukaanku, dan semuanya berubah ketika tetanggaku menginjaknya lalu mengejek. Karena kesal aku langsung mengejarnya yang berlari ke arah rumahnya, dia sempat beberapa kali mengancar dengan melayangkan kepalan tangannya.

Dia mengambil sesuatu lalu melemparkannya kearahku yang secara otomatis langsung berlari kencang. Namun, sayang, hal itu tak bisa aku hindari. Awalnya aku tidak merasakan sesuatu yang menyakitkan, tapi ada sesuatu yang berbeda. Ada cairan yang rasanya turun dari kepala belakangku, dan ketika aku mencoba merasakannya aku menyadari bahwa aku sedang tidak berkeringat. Itu bukan keringat, melainkan darah.

Ya, anak laki-laki itu meleparkan batu kearahku dan mengenai belakang kepalaku dan menyebabkan kepalaku berdarah. Secara otomatis lukaku langsung diobati dengan baik, rasanya tidak terlalu sakit. Tapi aku masih tidak percaya dengan apa saja yang baru terjadi, tidak percaya ayam kesayanganku harus mati ditambah aku harus dilempar dengan batu hingga berdarah.

Kita memang tidak tau apa yang mungkin orang lain lakukan, kita tidak tau hal sekecil apa yang membuat orang lain bisa melakukan hal yang besar. Dan lagi, kita tidak selalu bisa menyalahkan diri kita dengan apa yang terjadi, kita tidak bisa menyalahkan orang lain. Aku pun bingung harus menyalahkan siapa, tapi rasanya tidak ada yang perlu disalahkan. Bukankah itu sebulah pembelajaran bahwa semua kemungkinan bisa saja terjadi.

 

Aku kangen anak ayam berwarna kuningku... :(



Posting Komentar

0 Komentar