Memaknai Kehilangan




Kira-kira pukul 10 malam di langit yang masih mendung, hujan turun lagi. Tapi kali ini tak nampak, hujan kali ini bukan jatuh dari langit melainkan dari hati yang tiba-tiba saja ikut mendung dan kemudian turun hujan. Sebabnya adalah, salah seorang sahabat mengabarkan bahwa ia akan pindah ke kota lain yang sebenarnya adalah kota kelahirannya. Mungkin ini saatnya ia kembali ke tempat asalnya setelah pergi cukup lama dari sana, tapi rasa tak rela mengapa harus singgah pada rasa yang masih setengah.

Aku bukan manusia yang sudah biasa merasa ditinggalkan, dipatah hatikan, ditidak perdulikan tapi tetap saja  hati adalah hati. Hati tetap saja sakit walau sudah terbiasa tersakiti. Jika bukan ditempat yang sudah pernah sakit, maka akan tetap mencari celah untuk dilukainya. Menurutku sakit tidak bisa dihindari, luka tak bisa pungkiri karena memang bagian dari hidup.  Dan hati diciptakan untuk menerima itu disamping menerima senang dan bahagianya.

Hujan yang turun menyadarkanku, bahwa air hujan pernah merasa bahagia diatas awas sebelum benar-benar jatuh ketempatnya semula. Kita dipertemukan dari  awal proses, menikmati proses dan menerima proses itu berakhir. Semua orang menyukai pertemuan, namun tidak pada perpisahan. Karena ku kira semua orang tidak mau merasa sendirian, semua orang tidak mau merasa kekurangan, dan semua orang tidak mau merasa ada yang hilang dalam pandangan mereka.

Semua orang punya caranya masing-masing memaknai kehilangan dan kekosongan, berharap yang hilang dan yang pergi akan datang dan kembali. Dalam hal tersebut semua orang merasa tidak tau harus berbuat apa, merasa apa yang dilakukan tak akan merubah keadaan sebab kehilangan adalah suatu keharusan kita untuk belajar entah secara perlahan atau secepat-cepatnya.

Tapi kehilangan tidak selalu benar-benar hilang, masih ada sebagian yang tersisa walau terlalu banyak yang dibawa pergi. Yang ditinggalkan hanyalah kenangan dan harapan yang menjelma jadi sinar yang cukup menerangi kala merasa gelap saat dihantui rasa kalut. Yang tersisa hanyalah perasaan percaya bahwa masih ada perasan yang masih kita bisa rasakan walau rasanya sedikit hampa, setidaknya hati kita tidak benar-benar mati untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Mungkin dari kehilangan kita bisa dapat memaknai betapa hati begitu takut untuk mati, betapa hati ingin sekali dilengkapi. Dari kehilangan juga aku belajar bahwa yang hilang akan tetap abadi di dalam hati, Yang hilang selalu yang berarti, agar kita memaknai bahwa ada pelajaran yang dapat kita pahami setelah semuanya diakhiri. Mungkin dari kehilangan membuat kita tidak menyesali sebuah pertemuan, sebuah pertemuan-pertemuan selanjutnya.

Akan aku buat tempat baru untuk seseorang yang baru, yang sudah terisi biarlah jadi tempatnya. Akan tersimpan baik kenangan-kenangan yang ada hingga aku lupa kenangan dan rasanya, baik-baik di sana, sebab kebaikan akan selalu jadi milikmu.

Always remember you.

Posting Komentar

0 Komentar