Menolak Tua, Tapi Tidak Mau Selalu Dianggap Muda


Selamat datang di Blogku
Selamat datang di tulisan kali ini yang bertujuan untuk pembelajaran aku dan mungkin bisa bermanfaat juga untuk kalian, jadi selamat membaca tulisan ini.

Do you know what happen when you realize that u get older and older?

Dulu waktu remaja pengen banget cepat dewasa biar gak dianggap anak kecil terus, tapi setalah merasakan dan melewati fase-fase tersebut rasanya masa remaja itu bahkan lebih mudah atau bahkan lebih mengasyikan. Dari film-film kemudian dikenal juga  dengan Sweet Seventeen,  di mana semua  kartu-kartu penting mulai memenuhi dompet.  Di mana pada umur yang manis itu semua hal terasa lebih WAH!, ya, mungkin karena sudah mendapat KTP dan diperbolehkan menonton film yang sudah masuk kedalam golongan Remaja.

Masa remaja menurutku tak semanis difilm-film atau bahkan di kehidupan orang lain, tentu saja itu sebenarnya tergantung pada lingkungan sekitar, Psikis dan juga tergantung pada kemauan didalam dirinya. Bagi mereka diluar sana masa remaja adalah masa yang cukup lama yang bisa dirasakan, tapi mungkin tidak untukku, bahkan rasanya aku gak tau persis kapan fase remaja itu berlangsung. Dan karena ketidak tahuan itu yang membuat aku rasanya kehilangan masa itu, dan tak ada yang bisa dilakukan kecuali selalu menganggap diri terus menerus muda sedangkan umur sudah memasuki 20 tahun.

Di umur 17an  atau bahkan kurang aku sudah mendapatkan pemikiran Quarter Life Crisis, Cuma memikirkan, tapi belum tau harus berbuat apa, belum menentukan waktu yang tepat. Mungkin aku salah satu orang yang tidak beruntung karena bukan dibesarkan pada keluarga yang solid, maksutku tentang pengajaran dari lingkungan pertama- keluarga- tentang bagaimana cara berpikir positif, kritis, problem solving dan segala hal yang sebenarnya dibutuhkan untuk bekal anak menghadapi  masa depan yang tidak bisa diprediksi. Karena merasa kesendirian adalah hal yang biasa menjadikan aku pribadi yang pesimis, negatif thinking, introvert dan juga menutup diri pada orang lain.

Pernah gak sih kalian merasa seolah-olah merasa depresi, mungkin salah satunya menghadapi masa remaja yang beralih ke masa dewasa?.  Masih terkejut dengan apa yang terjadi, masih tidak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi nanti lalu merasa terlalu terbebani mengapa semuanya menjadi super duper rumit. Pernah gak sih merasa kalau hidup sampai saat ini rasanya belum menghasilkan apa pun  bahkan hal yang seolah berubah jadi lebih baik? Atau bahkan lebih buruk.

Dari merasa, entah itu depresi, cemas, atau anxity sejak lama membuat aku jadi pribadi yang selalu sulit merasa biasa saja. Selalu takut akan apa yang akan terjadi adalah hal yang paling takut untuk dirasakan, dan itu hal yang paling sulit untuk dihindari karena jika terus terkukung dalam perasaan tersebut tak akan ada hal yang menghasilkan.  Pasti ada yang selalu mengaitkan depresi, cemas atau anxity dengan agama, padahal tidak ada kaitannya sama sekali. Saat mengalami hal tersebut tak akan ada yang bisa mengerti karena hal tersebut tidak dapat dilihat, tidak dapat diketahui karena memang bersifat mental bukan fisik. Dan kurasa setiap orang pasti pernah merasakannya, namun terlalu takut mengakui karena takut disangka gila.

Di umur 20tahunan prosesnya juga tidak akan mudah, jika masa 17an melalui proses mencari jati diri dan pasangan adalah kesulitannya, di umur 20an kesulitannya jauh-jauh lebih sulit. Diumur 20an bukan hanya tentang karir,pendidikan, dan keluarga tapi juga tentang membuat keluarga. Dizaman yang makin berkembang dan makin sulit ini kita juga dipinta jadi lebih cerdas dan lebih mampu mencari celah untuk mengimprove diri dari segala hal, entah dari yang termudah atau bahkan yang tersulit karena hidup juga akan terus berkembang kalau apa yang akan terjadi jika tidak mengembangkan diri juga.

Lalu tentang kesendirian dan keintrovertan diri yang kadang jadi masalah, yang kadang jadi hal yang jadi alasan kenapa-kenapa.  Kita adalah makhluk sosial dan makluk pribadi, yap, suka bersosialisasidan suka menyendiri. Kadang ada waktunya untuk banyak teman dan ada waktunya untuk sendiri aja dulu, dari dulu aku memang tidak begitu punya banyak teman, paling banyak 8 dan itu perempuan semua. Dari dari 8 orang itu aku juga hanya paling dekat dengan beberapa orang, yang dimaksut adalah aku nyaman saat berbicara hanya 2 atau 3 orang, yang maksutnya lagi suka perbincangan yang agak berat. Agak berat gimana maksutnya? Maksutnya seperti membahas hal-hal yang mendalam, kayak bertukar pikiran, kayak bagaimana cara memandang hidup atau hal lainnya yang jarang dibicarakan orang. Itu yang jadi masalah, gak semua orang suka pembicaraan yang agak berat.  Mungkin menurutku itu hal yang membuat aku terlihat hanya dekat dengan beberapa orang yang ku rasa pemikirannya bisa membuat aku juga berpikir, tapi bukan berarti aku menutup diri, bukan berarti aku tidak membuka kesempatan untuk berteman dengan yang lain. Dianggap terlalu ngebosenin, dianggap terlalu bikin pusing dan dianggap terlalu kaku sudah biasa untukku. Itu alasan kenapa kadang-kadang menunggu diajak ngobrol atau kadang-kadang memulai pembicaraan dengan pembahasan yang aneh.

Lalu memahami kesendirian, kata reza “Everyone will left in their time”. Mungkin itu alasan menjadi menyendiri diatas diri yang membutuhkan seseorang untuk ditemani.  Kadang merasa sendiri itu menyiksa karena sebenarnya butuh seseorang tapi terlalu tak berani untuk mengatakannya, sebab penolakkan bisa saja terjadi dan alasan yang kedua adalah takut mengganggu. Terkadang butuh teman untuk menemani, tapi bisa saja teman itu sudah ada yang menemani atau bahkan tidak mau menemani karena kesibukkan atau hal yang lainnya. Katanya semua orang gak bisa hidup sendirian, semua orang butuh seseorang. Masalahnya apakah orang yang dimaksut juga punya waktu untuk kita seperti kita punya waktu untuk mereka? Apa mereka mau bantu kita bunuh kesepian seperti kita membantu mereka? Apa mereka pernah merasa sendirian seperti kita?. Mungkin benar, pada akhirnya kita akan belajar untuk memahami kesendirian dan kesepian sebagai hal yang normal, bukan sebagai hal yang menakutkan.  Mungkin pada akhirnya kita akan belajar bahwa bisa saja ditemani pun rasanya akan tetap sendirian. Mungkin bisa juga kesendirian itu bukan karena kamu ingin sendiri tapi ingin memahami diri.

Di umur 20an juga masih ada hal yang akan tetap ada atau bahkan bisa makin menjadi, mungkin contohnya ego. Makin merasa dikejar-kejar waktu, tanggung jawab dan segala hal yang rasanya tertinggal. Apa hal itu aku doang yang rasain? Aku rasa engga deh, karena masalah tentang mengejar apa yang tertinggal diumu segini tuh masih normal dan memang mengejar apa yang tertinggal itu adalah sebuah proses dan usaha bukan?. Mungkin dengan mengejar yang tertinggal akan kembali ditemukan, akan kembali dipermudah, akan kembali ada jalannya.  Dan ego pun begitu, karena gak semua hal bisa dikejar secara bersamaan maka hanya akan ada beberapa hal yang ingin diduluin entah yang untuk waktu dekat atau untuk jangka panjang.

Semnua orang punya tipenya masing-masing, contohnya aku. Aku introvert, melankolis, Infj dan punya kecemasan akan banyak hal buat semuanya seakan sulit dan merasa berbeda. Dari merasa berbeda itu menjadi minder dan merasa apa yang aku lakukan ini benar, apa yang aku lakukan disukai atau tidak disukai orang, dan apa yang aku ada di aku ini menghambat diri aku. Mungkin kalau kita diciptakan sama maka tak ada hal yang bisa dijadikan pembelajaran, mungkin kalau kita diciptakan sama kita akan sama saja tak ada hal yang bisa disukai atau tidak disukai. Tapi jadi berbeda juga tidak mudah.

Kemudian aku ingin membicarakan hal yang berkaitan dengan makanan jiwa, kenapa aku sebutnya begitu? Karena aku rasa gak Cuma ego aja yang harus dikasih makan. Contohnya kasih makan ego  itu seperti; aku mau hal itu , itu aja. Eh waktu aku aku ngerasa gak bisa dapetin aku berpikir untuk bisa dapatin hal yang baik, jadi seolah ego aku tetap saja tinggi bahkan lebih tinggi. Jadi kalau terus ikutin ego yang makin tinggi dan makin bikin gak sadar diri mending lebih baik turun aja.  Sama halnya kasih makan jiwa, yang biasanya dibuat senang sama hal-hal yang mewah untuk diri sendiri kenapa gak mulai dengan membuat senang hati orang lain, yang salah satunya dengan cara berbagi.  Entah itu berbagi ilmu, material atau hal lainnya yang bisa dibagi dan menyenangkan orang lain. Dan aku memang benar-benar merasakannya. Pernah disatu titik ngerasa yang dimiliki sekarang itu rasanya kurang dan mau lagi yang lebih, tapi ketika dijalan melihat yang kekurangan serasa ditampar, tapi habis itu malah seolah gak pernah terjadi apa-apa. Dan sekarang aku belajar, berbagi itu gak perlu tunggu waktu yang tepat. Berbagi itu gak perlu nunggu ditampar dulu, dan berbagi itu gak perlu alasan untuk menunda. Ada kesenangan dalam berbagi.

Membagi waktu. Bicara soal waktu yang Cuma sekali ini terkadang kita dibawa kebingungan, kebingungan mana yang seharusnya kita lakukan. Semua orangberharap bisa menjalankan semua pilihan yang ada namun sayangnya semuanya gak bisa dilakukan secara bersamaan, dan itu sebabnya akan ada hal yang ditunda, akan ada hal yang dikesampingkan dulu untuk mengoptimalkan usaha pada hal yang kita konsentrasikan. Namun kembali lagi, terkadang kita dihadapkan pada penyesalan yang terasa paling belakangan, penyesalan pada hal yang diusahakan yang ternyata tak berjalan muncul. Bisa saja kita salah dalam memilih hal yang akan kita optimalkan, salah dalam memilih prioritas. Waktu pun belum tentu memberikan kesempatan kedua, waktu pun belum tentu memberikan jalan yang lebih singkat. Sebenarnya kita tidak dituntut menjadi benar tapi diminta menjadi cermat dalam membagi waktu agar tidak ada yang tertinggal dan mengakibatkan penyesalan.

You cant be anything what they want, but you can be anything what i want. Mungkin itu adalah sulitnya menjadi manusia sosial dan manusia pribadi, disisi lain berusaha menyenangkan orang lain untuk menjadi yang disenangkan atau menyenangkan diri sendiri walau nanti banyak yang tidak senang. Mungkin balik lagi pilihannya ada pada situasi dan kondisi, seperti harus pintar-pintar menyeimbangkan menyenangkan diri sendiri dan juga orang lain. tapi ada masanya loh  di mana salah satunya harus dikorbankan, entah itu untuk kepentingan sendiri atau kepentingan orang banyak, mungkin ada saatnya kita tak bisa selalu memang atas perasaan kita. Dan mungkin juga intinya harus lebih bisa menerima apa yang ada dan apa yang akan terjadi, karena terkadang semuanya tidak dalam kontrol kita. Kamu tak bisa menyenangkan banyak orang, kamu pun tak bisa jadi egois untuk kesenanganmu sendiri.

Banyak sekali sebenarnya pemikiran, perasaan dan langkah yang ingin diambil setelah masuk ke 20+.  Banyak yang harus dirincikan lagi, disadarkan lagi, dipekakan lagi dan banyak hal yang perlu banget jadi bahan pembicaraan tentang topik seputar kehidupan dan gak Cuma itu aja tapi ada  action yang mesti dilakukan benar-benar. hidup pilihannya hanya dua, menikmati muda dan susah  saat tua atau berusaha di usia muda namun dapat menikmatinya saat tua, eh atau kalau bisa menikmati masa muda tapi saat beranjak tua dapat santai. Yang dimaksut santai itu tidak ada penyesalan, eh tapi tak ada pilihan yang tidak mendatangkan penyesalan.

Jadi semoga pemikiran dan reminder kali ini bermanfaat untuk bahan pemikiran kalian, aku menulis ini pun masih belajar untuk menjadi seimbang dlaam hidup. Semoga tulisan ini mampu memberikan kalian POV yang berbeda dalam memandang hidup yang selalu dikatakan hanya tinggal menjalaninya saja, padahal sebenarnya banyak hal yang harus diusahakan juga.  Karena kita semua tau kalau hidup adalan sebuah perjalanan yang tidak kita tau alurnya, tidak bisa diprediksikan dan tidak bisa anggap mudah.  

Terima kasih sudah mau membca tulisan ini, semoga bermanfaat dan


See You Next Post J

Posting Komentar

0 Komentar