Pelecehan Seksual Adalah Mimpi Buruk Yang Nyata


Selamat datang di blogku!!


     Kalau bicara soal pelecehan seksual aku jadi ingat 2 scene yang bikin aku sadar bahwa pelecehan seksual engga main-main, contoh pertama adalah dalam buku 13 Reason Why yang menceritakan Hannah Baker yang mendapat pelecahan seksual dari list yang dibuat teman sekelasnya tentang bagian tubuh Hannah, gak itu saja Hannah juga mendapat pelecehan secara langsung dari teman sekelasnya dan hal itu menjadi salah satu alasan mengapa Hannah memilih untuk mengakhiri hidupnya. Dan yang kedua adalah salah satu Scene di series Sex Education Season 2 tentang Aimee yang mendapat pelecehan didalam bus yang membuatnya tidak mau menaiki bus bahkan ia trauma  di mana pun dirinya berada.

     Dan makin parahnya akhir-akhir ini aku menemukan beberapa kabar yang menyesakkan bagi kaum perempuan, lagi-lagi terjadi kasus pelecehan seksual bahkan yang paling parahnya korbannya harus menderita karena harus 4 kali hamil dan 4 kali keguguran selama 2 tahun, korbannya ada yang diajak mabuk lalu diperkosa di kostan pelaku. Semakin maraknya kasus pelecehan yang harusnya membuat kita waspada malah jadi lupa bahwa orang terdekat kita juga bisa menjadi pelaku pelecehan tersebut.

Tapi, taukah kalian ada 2 macam pelecehan seksual  yang sering terjadi?

     Yang pertama adalah secara verbal atau melalui kata-kata yang memiliki konteks seksual yang membuat korbannya merasa tidak aman karena menjurus pada kegiatan seksual. Seperti contohnya cat calling atau mendapat sex text or sex video.

     Kedua adalah secara fisik, berusaha memegang atau menyentuh secara paksa bagian tertentu pada tubuh. Yang paling-paling parah adalah pemerkosaan secara paksa.

     Rasanya memang sudah tidak ada tempat aman, karena hampir semua kasus terjadi pada banyak tempat ramai dan bahkan tempat yang sepi, kapan pun itu dan terkadang umur berapa pun. Lagi-lagi kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan korban, karena lagi-lagi korban tidak selalu menggunakan atau menunjukkan diri ingin melakukan hal tersebut. Bahkan tempat yang berfungsi sebagai tempat yang memiliki arti begitu tinggi dan agung menjadi sangat rendah, Pelaku pelecehan bisa dari orang-orang yang kita anggap sebagai panutan.

“Kalau kamu digituin teriak aja, atau pukul!!”

     Ada beberapa orang yang mendengar hal itu akan memberi masukan seperti itu, padahal dalam kenyataannya? Nol Besar! Walaupun tidak selalu terjadi pada semua korban, hal ini banyak dirasakan bagi para korban yang tiba-tiba saja membeku dan bingung ingin melakukan hal apa. Dalam web Womantalk.com yang membahas alasan mengapa  orang sering diam ketika mengalami pelecehan seksual yang kemudian dijabarkan oleh Kosultan Iandependent dan psikolog di Harvard Medical School, Jim Hopper yang mengatakan bahwa diam membeku adalah respon pertama dan otomatis ketika diserang.

     Jim Hopper pun menjelaskan bahwa ada beberapa jenis pembekuan dalam situasi tersebut. Yang pertama dalah ‘Deteksi Pembekuan’ yang terjadi ketika sesuatu yang berbahaya terdeteksi, otak akan otomatis menghentikan gerakkan dan ucapan. Kedua “Pembekuan yang Mengejutkan”, dalam pembekuan ini kita tidak bisa berpikir untuk melakukan segala hal karena belum menemukan solusinya. Dan yang ketiga adalah  tidak ada pilihan terbaik karena semua opsi yang ada terlalu ekstream. Padahal itu adalah respon yang normal dan merupakan cara otak membantu kita bertahan dari serangan yang lebih besar, dan hal diatas adalah efek dari Tonik Immoblility.

     Efek dari pelecehan juga tidak main-main apa lagi dalam masyarakat Indonesia yang masih berpikiran bahwa yang salah adalah korban yang telah mengundang, padahal pada banyak kasus pelecehan seksual tidak hanya terjadi pada korban yang memakai pakaian yang minim, bahkan terjadi pada anak kecil atau sesama jenis. Korbannya tidak hanya mendapat efek buruk dari pelecehan yang membuat korbannya trauma, depresi bahkan bunuh diri. Ditambah lagi tekanan sosial yang membuat korban merasa menjadi yang disalahkan yang kemudian berpengaruh juga pada finansial.

    Semua hal besar bermula dari hal kecil yang selalu dianggap biasa, bermula dari catcalling kemudian menjadi pemerkosaan dan sistem budaya kita yang selalu menyalahkan korban tanpa memandang pelaku. Mengubah peran perempuan tidak lagi sebagai object sex dan menyetarakan perempuan sama dengan laki-laki, dan mengubah pemikiran bahwa gangguan mental adalah hal yang paling serius yang harus mendapat dukungan dari bany ak orang.

Sekian tulisan kali ini, semoga pelecehan seksual berkurang dan rasa aman ada dalam diri kita masing-masing  di mana pun kita berada.



Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kalian,


See You Next Post J




Posting Komentar

0 Komentar