Hi...
selamat datang kembali di blogku!!
Bagaimana
kabarmu? Semoga baik-baik saja ya di pandemic yang masih berlangsung ini!
Semoga pandemic ini cepat berakhir dan
kita dapat melakukan lagi apa yang biasanya kita lakukan tanpa harus merasa
ketakutan tiap saat, don’t forget to use your mask ya J
Di
#TellYouAStory yang pertama ini aku mau bahas tentang hal yang sepertinya sudah
akrab banget sama kehidupan kita sehari-hari, bagaimana tidak, dari kanak-kanak
sampai dewasa bahkan kita pasti pernah mengalaminya. Hal ini banyak dibahas
juga pada seminar-seminar kesehatan jiwa yang memang berpengaruh pada tumbuh
kembang mental seseorang, oleh karena banyak sekali kasus yang terjadi karena
hal ini. Aku rasa setiap anak-anak pasti pernah mengalami ini, entah menjadi
korban atau bahkan pelakunya.
Kasus
bullying memang begitu akrab karena banyak sekali pemakluman di lingkungan kita
yang menganggap bahwa bullying itu adalah sebuah hal yang sepele, hanya seperti
kata-kata bercanda yang biasanya keluar secara asal. Lalu kenapa banyak sekali
kasus bullying yang menyebabkan para korbannya trauma atau bahkan mengakhiri
hidupnya? Hal itu terjadi karena setiap orang punya cara kerja otak yang
berbeda; ada yang dapat menghiraukannya dan ada juga yang malah merasa hal itu
membuatnya merasa kecil dan tidak berharga sebagai manusia.
Aku
juga pernah berada di fase tersebut, fase di mana mendapatkan cemoohan yang merendahkan
seakan aku adalah manusia yang aneh dan tidak semestinya. Teman sekelasku saat
sekolah dasar mengatakan bahwa, “Rambut cacat”. Bayangkan, seorang anak sekolah
dasar harus menerima cemoohan yang merendahkan seakan dirinya manusia tidak
normal dan tidak pantas ada di dunia. Cemoohan itu malah membuat aku menyadari
bahwa aku ini aneh, dan diperparah dengan rambutku yang berbeda dari pada
anggota keluargaku yang lain. Hal tersebut yang membuat aku merasa malu dan
menguncirnya setiap agar orang lain tidak melihatnya dan tidak mengatakan yang
sama, mengatakan bahwa rambutku cacat.
Saat
mendengarnya pertama kali aku sangat bingung dan takut. Merasa bingung dengan
rambutku yang keriting dan mengembang, bingung harus menutupinya bagaimana,
bingung harus meresponnya bagaimana, bingung harus berbuat apa dan ditambah
rasa takut ketika orang lain akan mengatakan hal yang sama kepadaku, takut
tinggal berada di bumi. Kalau kalian tanya kenapa aku gak menghampiri orang itu
dan marah-marah, jujur waktu itu aku masih kecil sekitar kelas tiga atau empat,
aku dan orang itu jaraknya cukup jauh, dan satu lagi aku bahkan gak bisa
bergerak karena bingung dengan apa yang terjadi dan apa yang harus aku lakukan
setelah itu. Bahkan saat ini aku masih sedikit takut untuk melepas ikat
rambutku karena orang mungkin akan mengatakan hal yang sama.
Waktu
aku kecil aku merasa bahwa rambut keriting dan mengembang itu adalah rambut
yang aneh, rambut yang jelek dan rambut yang tidak diinginkan banyak orang. Aku
tidak bisa menggerai rambutku, aku tidak bisa mendapatkan pujian karena
keindahan rambutku dan aku tidak bisa cantik dengan memiliki rambut yang lurus.
Aku merasa rambutku hanya perlu diikat lalu dicepol agar tidak terlihat bentuk
sebenarnya, dan hal yang membuatku bingung adalah sampai umur 7 atau 8 tahun
rambutku masih lurus.
Aku
bukan anak yang dekat dengan orang tua, bukan berarti aku pernah bercerita atau
mengatakan apa yang terjadi padaku hanya saja yang aku dapatkan bukan pembelaan
atau memvalidkan perasaanku. Ketika menghadapi semuanya sendirian aku merasa
bahwa aku bisa melewatinya tapi dengan super hati-hati dan berusaha untuk tidak
terlalu dekat saat berteman dengan siapa pun, itu sebabnya juga aku gak bisa
dekat banget dengan seseorang.
Menurutku
bullying gak pernah baik untuk siapa pun, sekali pun yang menganggap bahwa
bullying itu membangun. Lagian bullying gak Cuma tentang verbal aja, beberapa
kasus pun sampai menyakiti fisik. Selain bullying haram untuk mental, bullying
juga haram untuk tubuh. Jangan biarkan seseorang membuat kamu merasa bahwa kamu
itu tidak pantas didunia, jangan biarkan seseorang menyakiti tubuhmu. Peran
keluarga dan orang tua sangat penting, bahkan tanpa disadari sebenarnya
bullying pertama adalah anggota keluarga. Wow...! Ada beberapa kejadian yang pernah aku alami
juga dalam keluarga, mungkin aku merasa bahwa itu adalah tindakkan bullying
tapi mungkin karena keluarga jadi aku merasa bahwa hal itu tidak aku anggap
serius.
Sekali
lagi, peran keluarga dan orang tua penting untuk mengajarkan hal-hal untuk
melindungi mental dan fisik. Tidak hanya melindungi, tapi juga tidak melakukan
hal yang merugikan orang lain baik secara mental maupun fisik. Keluarga adalah
circle pertama yang akan membangun kepribadian anak, keluarga punya peran yang
penting sekali untuk mengajarkan hal-hal untuk keselamatan bersama. Karena
kasus bullying ini gak hanya merugikan korbannya tapi juga keluarga yang akan
mendapat efeknya dari bullying tersebut, keluarga juga yang harusnya
mengajarkan setiap anggotanya untuk berbuat baik pada diri sendiri dan orang
lain.
Karena
bullying bukan satu-satunya cara untuk membangun pribadi jadi lebih baik lagi,
bisa-bisa kebudayaan bullying gak bisa lepas dari generasi ke generasi yang
nantinya malah mempengaruhi kesehatan mental generasi tersebut atau bahkan
selanjutnya.
Aku
sekarang sadar bahwa trauma tidak akan mudah untuk dihilangkan, dan proses
self-love juga butuh waktu yang panjang untuk meyakinkan diri bahwa semuanya
akan baik-baik saja. Tapi, aku yakin setiap luka pasti akan sembuh walaupun berbekas
and thats make me, me. Segala kekurangan dan kelebihan yang normal atau bahkan
upnormal itu adalah sebuah variasi manusia, mungkin ada yang tidak suka. Tapi,
pasti ada yang suka. Bukan Cuma fisikkan? Kepribadian juga penting!
Semoga
tulisan ini bermanfaat ya, terima kasih sudah membaca tulisan ini J
Apa
kamu punya cerita tentang bullying? Kamu bisa #TellYourStory di comment ya...
See
You Next Post J
0 Komentar