Day 12 of #30DaysWriting | Tenang!



 

Selamat datang ditulisan ke 12!!

 

Kalian pernah gak sih merasa kalau kalian itu tertinggal dari yang lainnya? Kalian merasa kalau kalian itu lambat sedangkan yang lainnya cepat sekali? 

 

Tenang, kalian gak sendirian. 

Aku juga ngerasa begitu.

 

Dari taman kanak-kanak sampai kuliah diajarkan untuk selalu berlomba dengan orang lain, belajar untuk tidak mau kalah, belajar untuk terua berusaha dan belajar untuk tidak mentolerir hal yang mengganggu prosesnya. Kalau tugasnya salah pasti akan dapat masalah, kalau tidak terkenal pasti tidak ada yang membela dan kalau tidak dapat menyesuaikan diri akan dibully. Mungkin saja, semua itu cuma sebuah percobaan untuk mengetahui seberapa kuat kita dan seberapa tahan kita ada di posisi itu. Mungkin saja, saat-saat sekolah adalah saat dimana kita harus babak belur dulu.

 

Masa-masa sekolah permasalahannya gak lepas dari nilai yang menjadi sanjungan dan tampang yang akan mendapatkan keberuntungan, yang pintar akan dipuji dan yang tampilannya menarik disanjung. Sedangkan aku bukan tipe keduanya, alias si bodoh dan jelek, jadi yang terpinggirkan dan tak dipandang. Tapi, bukan berarti aku tidak mencoba. Aku belajar dari pulang sekolah sampai malam, aku coba dandan, tetap saja tidak dipandang. Dulu aku rasa permasalahan nilai dan tampang cukup mengganggu pikiran, dan hal itu ternyata terus sampai saat ini. 

 

Tapi, sekarang ada bedanya. Jika dulu aku belum begitu mengerti apa itu kompetisi hidup dan bagaimana menanggapinya, sekarang aku mengerti kenapa hal itu begitu sulit.

 

Dalam diri setiap manusia pasti ingin selalu dianggap keberasaannya, entah untuk seseorang atau pun untuk dirinya sendiri. Ingin merasakan disanjung, disenangi, dihargai dan dianggap keberadaannya yang tentunya membawa arti diri sendiri alasan dihadirkan di dunia ini. Tapi, hal ini tentu saja tak semudah itu saat adanya masalah yang membuat kita mempertanyakan keberadaan diri kita.

 

Hal itu yang membuat kita selalu berlomba siapa yang paling mencapai tempat tertentu, membuat kita selalu ingin mengungguli yang lainnya. Atau malah, kita tengah berlomba dengan ego kita sendiri. Tidak mau tertinggal agar tidak jadi cibiran, tidak mau tertinggal agar tidak dibedakan, tidak mau tertinggal agar tidak dikira bebal. Itu dulu.

 

Sekarang, semakin lama tinggal semakin kita juga belajar bahwa hidup memang sebuah perlombaan. Perlombaan yang tergantung kita siapa lawannya, tergantung kita apa yang ingin kita capai dan tergantung kita bagaimana memahaminya. Dulu aku berpikir bahwa lawanku adalah semua manusia, lawan yang jelas susah aku lawan. Dulu aku kira tujuan hidup sebagai manusia itu sama, tidak perduli bagaimana cara memahaminya karena yang terpenting siapa pemenangnya.

 

Perlombaan tiap orang yang berbeda berpusat padaku, yang tentu saja membuat aku merasa kewalahan karena seperti mengerjakan banyak lomba dalam satu waktu. Perlombaan yang membuat aku harus babak belur, perlombaan yang bahkan membuat aku merasa lupa apa tujuanku dan bagaimana cara diriku sendiri memahaminya. 

 

Kalian merasa seperti itu tidak?

 

Tapi, sekarang. Perlombaan yang sekarang jauh lebih berbeda karena saat ini adalah perlombaan dengan ego sendiri, perlombaan secara tidak langsung. Seakan berlomba siapa yang akan mengalah, ego atau diri kita sendiri. Merasa harus menyadarkan diri bahwa semua orang bukanlah lawan yang harus ditentang, dan bukan juga lawan yang harus kita taklukkan. 

 

Sebenarnya, kita tidak ketinggalan. Aku menjadi sadar bahwa tujuan tiap manusia berbeda, dan tidak bisa disamakan. Memahaminya pun berbeda karena isi kepala yang berbeda, perasaan yang berbeda dan masa lalu yang berbeda. Sekarang sibuk mencari tujuan hidup yang tidak mungkin juga disamakan dengan orang lain, mencari alasan kebahagiaan kita yang berbeda dengan orang lain dan mencari sebagian hal yang belum menggenapi diri.

 

Jadi, tenang kalau merasa tertinggal. kamu tidak benar-benar tertinggal, hanya sama jalan setiap manusia itu berbeda dan gak mungkin sama. Jalani apa yang kamu pikir benar, lalui apa yang dihadapi, dan percaya bahwa hidup punya jawabannya sendiri.

 

 

See You Next Post J

 


Posting Komentar

0 Komentar