Selamat datang ditulisan ke 12!!
Kalian pernah gak sih merasa kalau kalian
itu tertinggal dari yang lainnya? Kalian merasa kalau kalian itu lambat
sedangkan yang lainnya cepat sekali?
Tenang, kalian gak sendirian.
Aku juga ngerasa begitu.
Dari taman kanak-kanak sampai kuliah
diajarkan untuk selalu berlomba dengan orang lain, belajar untuk tidak mau
kalah, belajar untuk terua berusaha dan belajar untuk tidak mentolerir hal yang
mengganggu prosesnya. Kalau tugasnya salah pasti akan dapat masalah, kalau
tidak terkenal pasti tidak ada yang membela dan kalau tidak dapat menyesuaikan
diri akan dibully. Mungkin saja, semua itu cuma sebuah percobaan untuk
mengetahui seberapa kuat kita dan seberapa tahan kita ada di posisi itu.
Mungkin saja, saat-saat sekolah adalah saat dimana kita harus babak belur dulu.
Masa-masa sekolah permasalahannya gak
lepas dari nilai yang menjadi sanjungan dan tampang yang akan mendapatkan
keberuntungan, yang pintar akan dipuji dan yang tampilannya menarik disanjung.
Sedangkan aku bukan tipe keduanya, alias si bodoh dan jelek, jadi yang
terpinggirkan dan tak dipandang. Tapi, bukan berarti aku tidak mencoba. Aku
belajar dari pulang sekolah sampai malam, aku coba dandan, tetap saja tidak
dipandang. Dulu aku rasa permasalahan nilai dan tampang cukup mengganggu
pikiran, dan hal itu ternyata terus sampai saat ini.
Tapi, sekarang ada bedanya. Jika dulu aku
belum begitu mengerti apa itu kompetisi hidup dan bagaimana menanggapinya,
sekarang aku mengerti kenapa hal itu begitu sulit.
Dalam diri setiap manusia pasti ingin
selalu dianggap keberasaannya, entah untuk seseorang atau pun untuk dirinya
sendiri. Ingin merasakan disanjung, disenangi, dihargai dan dianggap keberadaannya
yang tentunya membawa arti diri sendiri alasan dihadirkan di dunia ini. Tapi,
hal ini tentu saja tak semudah itu saat adanya masalah yang membuat kita
mempertanyakan keberadaan diri kita.
Hal itu yang membuat kita selalu berlomba
siapa yang paling mencapai tempat tertentu, membuat kita selalu ingin
mengungguli yang lainnya. Atau malah, kita tengah berlomba dengan ego kita
sendiri. Tidak mau tertinggal agar tidak jadi cibiran, tidak mau tertinggal
agar tidak dibedakan, tidak mau tertinggal agar tidak dikira bebal. Itu dulu.
Sekarang, semakin lama tinggal semakin
kita juga belajar bahwa hidup memang sebuah perlombaan. Perlombaan yang
tergantung kita siapa lawannya, tergantung kita apa yang ingin kita capai dan
tergantung kita bagaimana memahaminya. Dulu aku berpikir bahwa lawanku adalah
semua manusia, lawan yang jelas susah aku lawan. Dulu aku kira tujuan hidup
sebagai manusia itu sama, tidak perduli bagaimana cara memahaminya karena yang
terpenting siapa pemenangnya.
Perlombaan tiap orang yang berbeda
berpusat padaku, yang tentu saja membuat aku merasa kewalahan karena seperti
mengerjakan banyak lomba dalam satu waktu. Perlombaan yang membuat aku harus
babak belur, perlombaan yang bahkan membuat aku merasa lupa apa tujuanku dan
bagaimana cara diriku sendiri memahaminya.
Kalian merasa seperti itu tidak?
Tapi, sekarang. Perlombaan yang sekarang
jauh lebih berbeda karena saat ini adalah perlombaan dengan ego sendiri,
perlombaan secara tidak langsung. Seakan berlomba siapa yang akan mengalah, ego
atau diri kita sendiri. Merasa harus menyadarkan diri bahwa semua orang
bukanlah lawan yang harus ditentang, dan bukan juga lawan yang harus kita
taklukkan.
Sebenarnya, kita tidak ketinggalan. Aku
menjadi sadar bahwa tujuan tiap manusia berbeda, dan tidak bisa disamakan.
Memahaminya pun berbeda karena isi kepala yang berbeda, perasaan yang berbeda
dan masa lalu yang berbeda. Sekarang sibuk mencari tujuan hidup yang tidak
mungkin juga disamakan dengan orang lain, mencari alasan kebahagiaan kita yang
berbeda dengan orang lain dan mencari sebagian hal yang belum menggenapi diri.
Jadi, tenang kalau merasa tertinggal. kamu
tidak benar-benar tertinggal, hanya sama jalan setiap manusia itu berbeda dan
gak mungkin sama. Jalani apa yang kamu pikir benar, lalui apa yang dihadapi,
dan percaya bahwa hidup punya jawabannya sendiri.
See You Next Post J
0 Komentar