Siapa sih yang enggak pernah dengar kalimat diatas?
Kalimat yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Begitu pun diterapkan pada
ibu dan anak. Anak akan melakukan apa yang orang tuanya lakukan.
Anak seperti sebuah cermin bagi
orangtuanya.
Anak adalah sebuah cermin yang orang tua tau ada apa
didalamnya sedangkan cermin itu tidak mengetahuinya. Memberitahu perasaan apa
saja yang bisa muncul, dan dirasakan oleh anak. Memberitahu juga bahwa
menghindari perasaan bukan cara untuk menghadapinya, namun dengan menerima dan
menvalidasi perasan itu.
Disaat perasaan-perasaan itu hadir pada anak disanalah
orang tua hadir untuk mengkomunikasikan, untuk memberi perhatian penuh,
mewaspadai ketidaknyamanan yang dirasakan anak. Seperti yang kita tau
sebelumnya bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidak baik maka orangtua dengan
mengekspresikan perasaan secara berlebihan. Berekspresilah secukupnya, dan
tetap utamakan anak.
Karena perasaan-perasaan pada anak adalah
pengalaman pertamanya.
Beri ruang pada anak, tetang tenang, biarkan
perasan-perasaan itu tetap hadir tanpa perlu ‘mendiamkan’nya, terus menjadi
pendengar dan orang tua bisa menawarkan bantuan yang diperlukan anak, seperti
pelukan atau usapan lembut sebagai penenang.
Ketika kamu menjadi orang tua, kamu akan terus
berusaha membuat ikatan yang baik dan kuat dengan anakmu usahakan ikatan itu
terjalin semakin kuat tiap tahunnya.
0 Komentar