KEMARIN





Jemarimu masih dapat aku rasakan
Rasaku bergetar cukup kuat tanpa terlihat
Tatapan matamu masih kosong menatap langit
Aku hanya terpaku menatap kuku-kuku ku

Pundakmu selalu jadi tempat  di manaku menyandarkan rasa
Penuh sesak dan berantakan tanpa ku pahami
Kamu masih saha diam atas nama bisa yang membeku
Deru nafasmu begitu berat tak seperti biasanya

Dilangit yang semakin sepi seperti diantara kita
Angin yang berhembus hanya membuatnya semakin sunyi
Tidak ada lagi canda gurau seperti riuhnya keramaian kota
Tanpa kita sadari sunyi dan sepi semakin mencengkram hati

Kemarin kita sempat begitu dekat
Memahami kata tiap kata yang terucap
Tatapan penuh arti walau tak terartikan
Hanya saja itu kemarin


Posting Komentar

0 Komentar