Kudasai karya Brian Khrisna, Lucu Tapi Ngeselin!


Selamat datang diblogku kembali!!!

Setelah mereview film-film yang sudah aku tonton kali ini aku juga ingin mereview buku-buku yang sudah aku baca. Sama dengan halnya film, buku juga salah satu ladang imajenasi . Film dari visual dan audio sedangkan buku visual, audio dan bahkan kita bisa merasakannya sendiri apabila kita mengimajenasikannya dengan kuat. Ada beberapa film pun diangkat dari buku-buku yang laris dipasaran.

Untuk kali ini aku akan mereview salah satu buku yang baru saja selesai aku baca, buku yang aku beli tepat tanggal 1 Januari 2020 sebagai reward untuk diriku sendiri. Kali ini bukunya lebih tebal dan bergenre fiksi yang kalau aku tidak salah mulai disebarluaskan pada desember 2019, aku sempat berpikir akan memesan langsung pada saat pre-order yang namun sayangnya aku belum ada uang hihihi.

Buku pertama ditahun ini adalah KUSADAI yang ditulis oleh Brian Krisna, dan buku ini adalah karya ke-empatnya setelah Merayakan Kehilangan (2016), The Book of Almost (2018), This is Why I Need You (2019). Brian Krisna memulai debutnya setelah terkenal dalam portal gaib, maksutnya portal tumblr yang kemudian terjun pada dunia kepenulisan yang meluncurkan buku pertamanya.

Dan yang akan aku bahas kali ini adalah Kudasai, buku yang tebalnya hampir 500 kurang ini ternyata isinya penuh dengan ke-uwu-an. Adakah yang masih tidak tau judul buku ini diambil dari kosa kata bahasa Jepang yang ditulisakan dengan jelas artinya dibuku ini, bahwa

/Ku•Da•Sai/ Verba bantu
Yang artinya seperti: Tolong, lakukan untuk saya.
Jadi mungkin inti dari keseluruhan buku adalah permintaan tolong untuk dilakukan demi orang tersebut. Selain membaca kita juga bisa dapat banyak pembelajaran didalamnya, termasuk satu kata yaitu judulnya.

Buku ini menceritakan kisah seorang Chaka yang harus menikahi orang yang tidak dicintainya, yaitu seorang Twindy yang seorang Alpha Female yang sudah jelas derajatnya begitu tinggi karena secara finansial, kecerdasan dan status sosialnya tinggi. Namun, disamping itu Chaka juga menaruh rasa bersalahnya pada Mantannya yang Chaka tinggalkan tanpa penjelasan sebelum akhirnya menikah dengan Twindy. Dari awal cerita kita sudah dibuat ngakak sama sifat Chaka yang bener-bener gak tau laki-laki macam apa, naik turunnya Chaka ketika mengurus caffee, masalahnya dengan Twindy yang selalu jadi bahan pelampiasan kekesalan Twindy, yang malah mendatangkan Anet yang tidak lain adalah mantan Chaka yang bertemu dengan cara seperti disinetron-sinetron.

Novel ini bukan kayak fiksi malah, tapi kayak berasa real.  Cuma aja, perasaan Anet dan Chaka terlalu berlebihan. Tapi mungkin aja siih, setelah apa yang sudah dilalui Anet dan Chaka membuat dihati masing-masing seperti ada yang tersisa bahkan belum selesai. Anet juga terasa sangat tulus mencintai Chaka yang amburadul kayak benang, dan Chaka juga kebiasaan gak enakkan jadinya melahirkan masalah baru. Atau memang semua masalah seperti itu ya? sebelum sempat menyelesaikannya malah nambah masalah baru, kalau dibiarkan begitu saja masalahnya malah terasa terbebani. Begitu sulitnya punya masalah, gak mau jadi manusia deh, mau jadi rujak serut aja.

Dan masalah Chaka dengan Twindy, yang kadang dibawa keatas kadang dijatuhin lagi. Gak kebayang memang bagaimana hancurnya hati masing-masing, walau pun pada akhirnya kembali tapi, entah mengapa soal menyakiti itu masih ada kemungkinannya. Dibuku juga dituliskan bahwa ada pepatah yang memang kejadian nyata, yang bilang kalau orang yang kita cintailah yang menyakiti kita lebih sakit lagi. Aku juga bingung sih, kenapa pepatah itu bener?! Mungkin karena mencintai itu berusaha terbaik dan tidak mau melakukan kesalahan, sedangkan ketika melakukan kesalahan jadi lebih parah lagi.

Dari pilihan yang Chaka ambil, bikin aku bener-bener mikir. Sesakit itu hati yang Chaka rasakan, sekalut itu, sebrengsek itu. Tapi, dibalik itu semua pasti ada andil dari diri senditri walaupun rasanya semua orang yang jahat, pasti ada kekecauan dalam diri sendiri yang membuat rasanya diri kita yang salah; salah ambil tindakkan, salah ambil pilihan, sampai salah itu terasa biasa. Memang pada dasarnya salah itu hanya diri kita yang bisa nilai, walaupun sering kali orang suka nimbrung dipikiran kita dan ramapi sendiri tentang hal yang akan kita putuskan.

Dari buku ini, banyak pesannya sekali. Untuk selalu jujur; selalu menjelaskan apa yang terjadi dan apa yang kita rasakan, jangan sampai rasa “belum selesai” menghantui kita entah sampai kapan. Untuk selalu berusaha; untuk selalu berusaha dengan sekeras dan sebaik yang kita bisa lakukan, walaupun kadang sudah merasa paling poll usahanya padahal belum seberapa. Untuk selalu mengikuti kata hati; kadang kata hati bisa menuntun yang benar dan bisa menuntun yang salah namun dalam pandangan orang lain.

Mengartikan perasaan memang sangat-sangat sulit, menjelasakan apa yang dimaksut hati butuh waktu yang banyak untuk menjelaskannya dan untuk kebenaran yang entah bagian mananya membuat kita harusnya sadar, bahwa apa yang terjadi sebenarnya sudah ditakdirkan. Kita tidak mungkin diberikan kesempatan untuk kembali kemasa lalu dan memperbaikinya, yang ada kita diberikan kesempatan untuk memperbaiki kedepannya.

Untuk rating novel ini aku kasih....
8/10

Sekian review kali ini, mungkin buku ini bisa kamu masukin kedalam list buku yang ingin kamu beli karena buku ini memang bagus sekali untuk kamu baca, sekian tulisan kali ini.
Semoga bermanfaat untuk kalian...




See You Next Post J


Posting Komentar

0 Komentar