Review Film The Platform (2019) Ketika Penjara Berbentuk Vertical



Selamat datang teman-teman!!

 

Nah... kali ini bukan film yang berbahasa inggris, film yang satu ini dari Spanyol. Film dengan judul The Platform (SpanishEl hoyotransl.The Hole) dengan genre Science Fiction Horror Thiller yang tayang pada tahun 2019. Yang di direct oleh Galder Gaztelu - Urrutia dan ditayangkan di Netflix. Film ini ternyata banyak arti didalamnya, dan aku rasa juga seperti itu. Tapi, butuh waktu cukup lama karena aku tidak terbiasa dengan film yang berbahasa Spanyol. But worth to watch kok.

Film ini menceritakan tentang rumah tahanan yang dibuat bertingkat, tiap levelnya punya suatu yang harus direlakan dan tiap selnya hanya dihuni 2 orang. Setiap 1 hari mimbar yang diisi makanan akan lewat 2 kali, mimbar makanan yang akan dimulai dari lantai paling atas yang kemudian turun kebawah yang tidak diketahui berapa banyak lantainya. Gorèng (Iván Massagué) tiba-tiba bangun didalam sebuah tahanan bersama laki-laki tua, Trimagasi (Zorion Eguileor) yang sudah beberapa tahun berada dipenjara itu dan sudah merasakan beberapa tingkatan didalam penjara itu. Trimagasi mengatakan bahwa makanan yang datang harus segera dimakan, kalau tidak akan ada hukuman yang diterima.

 

Goréng tiba-tiba saja terbangun dan panik karena dirinya terikat diatas tempat tidurnya, Trimagasi mengatakan bahwa mereka berada ditingkatan yang paling akhir dan sudah dipastikan bahwa makanan yang ada dimimbar tidak tersisa dan dirinya akan memakan Goréng. Namun, perempuan misterius yang mencari anaknya datang dari mimbar dan membunuh Trimagasi karena berusaha memakan Goréng. Trimagasi mengatakan sebelumnya bahwa didalam penjara bahwa jika berada ditahanan dibawah 100 akan terjadi pembunuhan karena mimbar makanan selalu kosong, untuk itu para tahanan akan berbuat hal gila untuk bertahan hidup, menjadi santapan atau dia yang menyantap.

 

Picture

Kemudian Goréng bangun lagi dari tidurnya, dan melihat bahwa dihadapannya ada seseorang yang berbeda lagi yaitu Imogiri (Antonia San Juan) seorang perempuan yang sebelumnya menjadi staff dan merelakan dirinya dimasukkan kedalam tahanan karena dirinya mengidap kanker. Imogiri menjelaskan beberapa sistem yang ada di penjara itu, dan mengajarkan Goréng untuk berbagi agar makanan yang ada dimimbar mampu mencapai lantai terendah, Imogiri juga mengatakan bahwa tidak ada anak dibawah 16 tahun yang ada dipenjara itu. dihari selanjutnya Goréng mendapati Imogiri sudah menggantung dirinya.

 

Dihari selanjutnya Goréng berada ditahanan yang cukup tinggi dan cukup mendapatkan makanan yang masih cukup utuh bersama Baharat (Emilio Buale Coka) yang sempat meminta tolong pada lantai diatasnya untuk naik kelantai paling atas untuk protes, namun ternyata tidak semudah itu. Lalu Goréng memiliki ide untuk turun melalui mimbar yang akan kembali ke lantai atas setelah semua lantai terlewati, namun mereka berdua harus bekerja sama dengan semua tahanan pada masing-masing lantai yang tidak semua bisa bekerja sama yang berakhir dengan saling membunuh. Orang bijak yang Baharat kenal menyarankan untuk menyisakan satu makanan yang paling istimewa agar tetap utuh sampai lantai atas, namun sayangnya semua itu gagal karena sampai lantai paling bawah mereka bertemu dengan anak kecil berumur 7 tahun yang kemudian memakan makanan yang disimbolkan sebagai pesan karena Goréng  dan Baharat tidak tega. Goréng berpikir bagaimana kalau pesan itu adalah anak kecil itu, bukan makanan.

 

Pesan dari film ini kayak memposisikan kita dikehidupan sehari-hari, bagaimana yang paling ataslah yang mendapatkan “makanan” yang masih utuh dan bebas melakukan hal apa pun pada “makanan” tersebut. 1 tingkat dibawahnya mendapatkan sisa begitu pun terus sampe tingkatan selanjutnya, dan tingkatan yang paling bawah sekali sudah dipastikan tidak tersisa “makanan” sama sekali. Sama seperti kehidupan  di mana yang kaya lah yang paling beruntung dan yang miskin tidak tersisa apapun.

 

Tapi disini tokoh Goréng berusaha untuk membuat para tahanan lain berubah untuk bersosialisasi, berkompromi untuk membagikan makanan sesuai dengan porsinya atau bahkan tidak makan sehari untuk tahanan yang paling bawah agar mendapatkan makanan yang jarang sekali tersisa. Sama seperti kehidupan, tidak semua orang bisa diajak bekerja sama.

 

Pesan yang disampaikan cukup relate sama kenyataan yang ada dikehidupan, dengan tempat yang itu itu saja tapi menampilkan pesan yang begitu mencekam seperti terkurung kecuali mati atau bertahan dengan cara apa pun. Cukup dapat dinikmati walaupun pada akhir film ini membiarkan ini menebak sendiri apakah pesan yang dimaksut Goréng sampai kepada lantai teratas atau tidak.

 

Aku cukup suka, walaupun sedikit kesulitan karena untuk pertama kalinya menonton film dengan language yang baru. Tapi, perlahan dibuat mengerti apa yang tengah terjadi pada film tersebut yang alurnya cukup lambat dan ditambah sosok Trimagasi dan Imogiri yang sudah mati tapi kemudian digambarkan sebagai isi kepala Goréng yang saling berdebat.

 

Kalau diminta untuk merating film ini, aku akan memberikan nilai;

 

6/10

 

Walaupun maksutnya jelas dan membuat kita paham apa yang dimaksut didalam film ini aku masih tidak begitu suka dengan film yang akhirnya aku sendiri yang harus menentukan. Walaupun begitu, film ini mungkin cocok untukmu yang suka berpikir jauh hihi.

 

Sekian tullisan kali ini, semoga suka dan bermanfaat.

 

 

See You Next Time J

 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar