Semakin
sering kaki melangkah maka semakin sering juga menemukan banyak hal yang kita tidak duga sebelumnya, banyak
kejadian yang hanya sebatas dekat dengan yang kita inginkan atau jika beruntung,
kejadian yang kita inginkan bisa saja terjadi. Semakin sering melangkah maka
akan sering lelah, terlebih lagi sudah banyak langkah yanng sudah dilangkahkan.
Sudah banyak bawaan yang terbawa, sudah banyak perasaan yang dirasa.
Sebagai
manusia kecil yang tumbuh pada berbagai keadaan berbeda, pada berbagai perasaan yang berbeda, dan lingkungan yang
berbeda membuat semuanya seakan membangun diri dari potongan-potongan hari yang
sudah dijalani. Terbangun menjadi diri dari apa yang sudah terjadi, melengkapi tiap
sisi yang masih belum pasti. Manusia kecil yang mulai tumbuh menjadi manusia
dewasa, menggenapi diri untuk dapat sepenuhnya untuk tepat pada waktunya.
Pandangan
sudah sibuk mencari-cari hal yang bisa dituju dengan sayap yang sudah siap,
mungkin hal yang baru bukan lagi sebuah dongeng menyeramkan yang akan
menenggelamkan. Hal baru sudah terasa menjadi syarat hidup sebagai hal yang
harus dihadapi, sampai rasanya bingung kemana harus mencari. Namun, pandangan
bisa saja menipu dan sayap bisa saja belum sepenuhnya siap saat yang lain sudah
menemukan apa yang mereka sebut hal baru.
Pandangan
yang berbeda dan sayap yang berbeda bisa saja jadi alasan seseorang untuk
bersembunyi atau berhenti, mengurung diri atau memilih mati. Pandangan yang hanya
bisa dilihat sendiri dan sayap yang jadi cacian banyak orang, apakah hal baru
itu adalah sebuah perbedaan yang membuat beberapa orang bingung memilih
pilihannya?
Harusnya
berbeda adalah sebuah hal yang mengasyikkan, karena sejak dahulu perbedaan
sudah sering ditemukan. Harusnya berbeda adalah yang dapat diterima, karena
sejak dahulu semuanya sudah diciptakan berbeda. Lalu mengapa saat ini berbeda
menjadi dongeng menyeramkan yang dapat menenggelamkan? Apa manusia sekarang
ingin semuanya sama?
Menjadi
berbeda itu memang membingungkan, tapi menjadi sama itu malah membuat diri
ingin dibedakan.
0 Komentar