Kita
adalah manusia, manusia yang tak pernah merasa puas tapi selalu membataskan
diri pada sesuatu hal yang harus punya batasan. Kebanyakkan orang bilang bahwa
tidak perlu ada batasan, tapi nyatanya dalam kehidupan coba bayangkan bagaimana
jika hidup tanpa ada batasan? Jika tidak ada peraturan yang dibuat. Mungkin sebagian
orang dapat memahami batasa tersebut tapi bukan berarti tidak ada orang yang
mencoba membuatnya makin buruk, entah itu disengaja maupun tidak.
Tiap
negara punya batasan atau peraturan yang berbeda dan begitu pun pada diri setiap
orang, terutama pada kita manusia lemah yang mencoba menyelamatkan diri di
dunia yang kejam ini. Dunia yang punya sisi yang begitu banyak, dunia yang
punya misteri yang tidak hanya satu dan dunia yang punya miliyaran kemungkinan,
dan kita Cuma punya dua mata yang tidak bisa tau semua hal yang ada di dunia
ini.
Kita
akan dipertemukan dengan orang-orang yang membingungkan dan kebingungan, kita
akan dipertemukan dengan orang-orang yang mencari arah pulang walaupun
sebenarnya mereka sudah ada di rumah. Kita akan dipertemukan dengan orang-orang
yang tidak akan kita sangka-sangka, maka sebut saja semua yang terjadi itu
tergantung dari persepsi kita. Saat kita meletakkan sesuatu dihadapan kita
sesungguhnya yang dapat melihatnya hanya kita walaupun beribu kali kita bilang
pada orang lain belum tentu orang lain dapat melihatnya, dapat ikut menjaganya
dan dapat menjaga jarak.
Kita
selalu punya orang-orang yang kita masukkan dalam daftar orang yang terpenting
dalam hidup kita, bukan tanpa pertimbangan tapi penuh dengan banyaknya
pertimbangan. Tentu saja kita tidak asal memasukkan orang-orang tersebut,
karena kita sudah mendapatkan hal yang kita butuhkan pada orang tersebut lalu
kita akan berpikir untuk memasukkannya dalam prioritas. Memasukkan mereka pada
daftar orang-orang yang selalu dapat perhatian kita, rasa sayang kita bahkan
waktu kita. Mereka berhak mendapat hal terbaik dari diri kita.
Kita
bisa berbagi banyak hal, kita bisa bermimpi banyak hal, mendapat tambahan
kekuatan dari mereka, mendapat kebahagian
dari mereka dan mendapat diri
yang tidak lagi merasa sendiri. Kita selalu menganggap mereka penting dalam
hidup kita, rasanya hidup tidak akan lengkap jika tidak ada mereka dan rasanya
hidup terasa hampa jika tidak ada mereka. Kita bahkan lupa batasan waktu, lupa
batasan mana yang seharusnya tidak perlu kita terobos tapi kita tak hentinya
berusaha untuk membuat mereka senang, bahagia dan membuat mereka agar tidak
mereka sendirian.
Tapi
terkadang kita lupa, kita lupa bahwa apa yang kita lakukan berlebihan, kita
lupa apa yang kita lakukan melebihi porsinya tapi yang mereka rasakan tidak
selalu sepadan dengan apa yang lakukan. Mungkin dari sana kita bisa belajar
untuk tidak pamrih, kita belajar untuk ikhlas, kita belajar untuk melakukan hal
baik karena itu hal baik bukan karena untuk mendapatkan kembali apa yang kita
berikan. Tapi hal itu yang terkadang membuat kita malah merasa sendirian, kita
berusaha untuk seseorang yang tidak berusaha untuk kita. Kita berusaha untuk
seseorang yang bahkan tak pernah melihat kita, kita berusaha untuk seseorang
yang bahkan tidak ada pada list penting dalam hidup mereka.
Ingin
rasanya berhenti berusaha tapi takut akan kehilangan, ingin rasanya pergi tapi
tak tega meninggalkan. Lalu kita berhenti disatu titik di mana kita berpikir harus ada pilihan yang
dipilih, harus ada tindakkan yang ditegakkan dan harus ada hal yang
dikorbankan. Akan selalu ada hati yang tergoreng untuk dapat melanjutkan
pertarungan, bukan pertengkaran antara mana yang benar dan mana yang salah tapi
pertarungan antara mana yang berhak ada dan mana yang tidak berhak ada. Rela atau
tidak akan ada hal yang hilang, akan ada yang yang tidak selalu dapat
dipertahankan.
Saat
kita berusaha mati-matian memprioritasakan, kita mati—matian juga
mempertahankan diri kita agar tidak disakiti, mati-matian untuk mempertahankan
agar yang dipertahankan tidak pergi karena mereka tidak dipertahankan. Karena
aku sangat perduli, sangat-sangat perduli.
1 Komentar
Oh my good😔
BalasHapus