#NaysStory - Siapa di jendela?!

 


Cuaca sore ini sangat sempurna untuk duduk didepan rumah dan menikmati suasana menuju senja. Langit sore sudah mulai redup, kumpulan burung-burung berterbangan kesana kemari dan ada beberapa ayam didepan rumahku sedang berjalan santai menikmati waktu. Aku duduk didepan rumah diatas bangku Panjang yang terbuat dari kayu yang bapakku buat dengan tangannya sendiri, namun karena terlalu keras aku membuat bantal kecil agar lebih nyaman duduk diatas bangku kayu. Baru kali ini tidak ada pikiran-pikiran yang berdatangan lalu membuat aku kebingungan, hanya ada beberapa pikiran yang datang lalu pergi dengan sangat cepat.

 

Tiba-tiba saja mama duduk di sampingku. Mama hanya diam dan ikut menikmati suasana sore hari. Kali ini mama tidak membawa handphonenya yang selalu dipakai untuk merekam segalanya untuk diposting di akun sosmednya, dan aku pun baru kali ini menyimpan handphoneku di kamar. Tidak lama mama kembali lagi masuk kedalam rumah tanpa suara, dan aku hanya bersikap biasa dan tak menoleh sama sekali. Saat bersandar ketembok tiba-tiba saja ada satu hal yang mengisi penuh pikiranku.

 

Pada saat umurku 9 tahun, sekitar kelas 3 SD ditahun 2000an dimana kejadian aneh terjadi padaku. Kejadian yang sampai sekarang membuat aku kebingungan, pertama kali dan satu-satunya hal unik yang terjadi padaku. Segala pertanyaan memenuhi isi kepalaku, dan segala kecurigaan pun tiba-tiba saja aku rasakan. Sudah lama sekali aku bertanya-tanya tentang kejadian supranatural yang aku alami saat kecil. Kejadian itu sangat melekat di pikiranku sampai sekarang, namun tak pernah aku ceritakan lagi  pada keluargaku. Aku hanya memendamnya sendiri.

 

Aku lupa hari itu hari apa dan aku tidak tau kejadian itu terhajadi dijam berapa. Yang aku ingat hanya saat malam hari ketika semua lampu dirumah dimatikan, hanya ada sinar remang-remang dari lampu jalanan yang masuk kedalam rumah. Keluargaku hanya keluarga kecil yang terdiri dari 3 anggota; aku, mama dan bapak. Kami tidur disatu ruangan yang sama, berjajar di tempat tidur yang sama. Ukuran ruangan tidurnya pun tidak terlalu luas karena ditambah dengan perabotan rumah. Malam itu rasanya aku yang paling terakhir tidur, karena mama dan bapak terlihat sudah tertidur pulas.

 

Entah, kenapa anak berumur 9 tahun tidur cukup larut. Aku juga lupa entah apa yang membuat aku tidur paling terakhir, dan malah menerawang ke langit-langit kamar. Suasannya nyaman dan cahaya yang redup malah membuatku belum juga tertidur. Kamar tidur dan ruang tamu dipisahkan dengan tembok yang memiliki jendela kaca yang dilengkapi horden. Aku tidur menghadap horden biru yang berpattern burung cendrawasih, tapi ada yang berbeda. Entah bagaimana setelah aku mengalihkan pandangan dari langit-langit kamar menuju jendela aku melihat bayangan hitam ada didepan jendela kaca.  Bayangan hitam itu tidak besar, terlihat berjongkok tepat dijendela kaca, dan menyingkap horden ke arah kanan karena posisinya tepat berada di paling kiri jendela kaca.

 

Aku hanya membeku. Aku sama sekali tidak bergerak saat melihat bayangan hitam yang semakin terlihat jelas. Seorang perempuan yang sebaya denganku terjongkok dijendela, dan darah ada dimana-mana. Dari mata hidung dan mulutnya darah mengalir hingga membasahi pakaiannya yang berwarna putih. Aku tetap menatapnya, cukup lama hingga senyum menyeringai terlihat jelas dan membuatku sangat takut. Aku langsung memalingkan tubuhku dan dengan kencang memeluk gulingku, seakan-akan aku membeku tidak bisa bergerak sama sekali.  Tubuhku terasa tidak bisa bergerak, rasanya seakan-akan tubuhku terkunci. Mataku terpejam dan detak jantungku yang tidak karuan membuat rasanya sulit sekali bernafas. Kemudian saat aku terbangun pagi sudah menjelang.

 

Sampai saat ini aku masih mengingat ingatan itu, walaupun aku meragukan yang aku lihat nyata atau hanya mimpi burukku. Tapi, rasanya hal itu sangat nyata saat aku mengingat kembali bagaimana anak perempuan itu nyeringai ke arahku. Aku sempat bertanya-tanya siapa anak perempuan itu, mengapa dia hanya menampakkan dirinya hanya padaku. Anak perempuan itu yang mengizinkan diriku untuk melihatnya atau aku memang sebenarnya bisa melihat hantu. Semua pertanyaan dan perasaan heranku hanya aku simpan sendiri, lagi pula siapa yang akan percaya cerita hantu dari 15 tahun lalu.

 

Lamunanku dibangunkan mama dengan pukulannya kearah kakiku, aku cukup menunjukkan reaksi yang berlebihan yang membuat mama keheranan. Melihat responku yang aneh membuat mama bertanya apa yang tengah aku pikirkan, dan dengan santai aku mengungkit hantu anak perempuan dari 15 tahun lalu. Aku menceritakannya cukup rinci dan terlihat mama mendengarkan dengan penuh perhatian walaupun tatapannya ia tujukan pada langit yang semakin gelap. Mama mengangguk beberapa kali lalu menoleh ke arahku beberapa detik, hal itu membuat aku menyadari bahwa yang aku alami tidak cukup aneh untuk anak umur 9 tahun.

 

setelah diam cukup lama setelah aku selesai bercerita, mama menceritakan kisah yang bahkan tidak aku ingat sama sekali. Dulu, ada anak kecil seumuran denganku tinggal di kontrakkan milik nenekku. Anak perempuan itu hanya tinggal dengan ibunya dan banyak keheranan lainnya. Menurut mama, ayah dari anak perempuan itu tidak pernah terlihat walaupun sudah mengontrak selama 3 bulan. Mama juga mengatakan bahwa dirinya pernah bertanya pada ibu anak perempuan itu, dan jawabannya tidak pernah puas mama dengar. Bahkan, anak perempuan yang seumuran aku pun tidak sekolah sama sekali. Anak perempuan itu hanya menghabisakan waktunya dengan bermain didepan kontrakkan atau dipinggir jalan. Lokasi kontrakkan yang berada di belakang rumah utama yang dimana keluargaku tinggal, dan lokasinya sangat dekat dengan jalan utama walaupun hanya jalanan kampung.

 

Suatu hari, dipagi hari yang cukup cerah anak perempuan itu bermain dipinggir jalan. Terkadang hanya duduk memandangi kendaraan lalu Lalang, dan terkadang bermain pasir dipinggir jalan. Saat anak-anak seumurannya sekolah anak perempuan itu hanya bermain sendirian saat ibunya bekerja. Tiba-tiba saja mama yang berada di dapur segera berlari keluar rumah saat mendengar teriakkan yang disusul dengan suara tabrakkan yang cukup kencang. Namun, saat sampai didepan rumah mama hanya mendapati anak perempuan itu sudah berada dipinggir jalan dengan tubuh yang sudah penuh darah. Penabrak yang ketakutan langsung tancap gas karena para tetangga langusng berhamburan keluar.

 

Mama dan tetangga lainnya menggotong anak perempuan itu masuk kedalam rumah, selagi tetangga lain mencoba menghubungi ibu dari anak perempuan itu. Beberapa tetangga pun mencoba menghubungi ambulan agar segera mendapatkan pertolongan pertama, karena keadaannya cukup parah dengan luka dimana-mana. Mama mengatakan bahwa wajahnya penuh darah yang mengalir hingga baju putihnya bukan lagi berwarna putih bersih, dan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan banyak darah. Butuh waktu banyak hingga akhirnya ibu dari anak itu datang, kedatangannya pun disusul dengan tangis histeris. Ambulan yang datang pun langsung sigap menbawa anak perempaun itu beserta ibunya.

 

Mama menghela nafas Panjang dengan tatapan yang berkaca-kaca. Mama melanjutkan kembali ceritanya dengan nada yang berbeda. Saat ibu dari anak perempuan itu pulang, mama dan nenekku menunggu di depan rumah sehingga bisa langsung bertanya keadaan anak itu. Ibu anak itu tidak menghiraukan mama dan nenekku yang cemas menunggunya, ibu dari anak perempuan itu langsung pergi ke kontrakkannya dengan sedikit berlari. Melihat ibu dari anak perempuan itu berlari membuat mama dan nenek kebingungan dan langsung berpikir untuk pergi kekontrakkan. Mama melihat ibu dari anak perempuan itu sedang mengemasi barang-barang miliknya. Mama sudah bertanya apa yang terjadi namun tidak juga mendapatkan jawaban, malaj ibu dari anak itu menangis dan meminta maaf.

 

Ibu dari anak perempuan itu sangat tergesa-gesa memasukkan barang-barangnya kedalam tas, tanpa menoleh kearah mama dan nenek. Menurut mama itu sangat membuatnya bingung dan ditambah ibu dari anak perempuan itu terus meminta maaf dan meminta maaf tidak bisa lagi ada dikontrakkan itu. Ada satu hal yang menurut mama sangat mengherankan tentang keluarga kecil itu, perabotan yang ada sangat sedikit bahkan rasanya yang dibawanya hanya pakaian saja. Setelah memasukkan barang-barang miliknya kedalam tas, ibu dari anak perempuan itu izin untuk pergi dan menolak menceritakan apa yang terjadi. Diakhir cerita mama, mama mengatakan sampai saat ini pun mama masih bertanya-tanya kejelasan dari kejadian 15 tahun lalu.

 

Aku terdiam dan berpikir tentang kejadian menyeramkan yang tidak aku ketahui saat aku sedang bersekolah. Tiba-tiba mama menambahkan lagi, bahwa menurutnya mama sangat kasian jika mengingat anak perempuan itu. Mama berkali-kali melihat anak perempuan itu bermain sendiri walaupun beberapa kali mama sering mengajaknya untuk bermain dengan mainan yang aku miliki namun anak perempuan itu selalu menolak. Sebelum kejadian kecelakaan itu, mama memberikan salah satu mainanku yaitu salah satu boneka kecil.  Mama mengatakan bahwa anak itu butuh teman dan mungkin anak kecil itu mendatangiku untuk mengajakku bermain. Mama terdiam kembali, lalu mengagetkanku untuk kembali masuk kerumah karena adzan magrib sudah berkumandang. Aku pun masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang tidak bisa aku jelaskan. 


Posting Komentar

0 Komentar