Cuaca sore ini sangat sempurna
untuk duduk didepan rumah dan menikmati suasana menuju senja. Langit sore sudah
mulai redup, kumpulan burung-burung berterbangan kesana kemari dan ada beberapa
ayam didepan rumahku sedang berjalan santai menikmati waktu. Aku duduk didepan
rumah diatas bangku Panjang yang terbuat dari kayu yang bapakku buat dengan
tangannya sendiri, namun karena terlalu keras aku membuat bantal kecil agar
lebih nyaman duduk diatas bangku kayu. Baru kali ini tidak ada pikiran-pikiran
yang berdatangan lalu membuat aku kebingungan, hanya ada beberapa pikiran yang
datang lalu pergi dengan sangat cepat.
Tiba-tiba saja mama duduk di
sampingku. Mama hanya diam dan ikut menikmati suasana sore hari. Kali ini mama
tidak membawa handphonenya yang selalu dipakai untuk merekam segalanya untuk
diposting di akun sosmednya, dan aku pun baru kali ini menyimpan handphoneku di
kamar. Tidak lama mama kembali lagi masuk kedalam rumah tanpa suara, dan aku
hanya bersikap biasa dan tak menoleh sama sekali. Saat bersandar ketembok
tiba-tiba saja ada satu hal yang mengisi penuh pikiranku.
Pada saat umurku 9 tahun, sekitar
kelas 3 SD ditahun 2000an dimana kejadian aneh terjadi padaku. Kejadian yang
sampai sekarang membuat aku kebingungan, pertama kali dan satu-satunya hal unik
yang terjadi padaku. Segala pertanyaan memenuhi isi kepalaku, dan segala
kecurigaan pun tiba-tiba saja aku rasakan. Sudah lama sekali aku bertanya-tanya
tentang kejadian supranatural yang aku alami saat kecil. Kejadian itu sangat
melekat di pikiranku sampai sekarang, namun tak pernah aku ceritakan lagi pada keluargaku. Aku hanya memendamnya
sendiri.
Aku lupa hari itu hari apa dan
aku tidak tau kejadian itu terhajadi dijam berapa. Yang aku ingat hanya saat
malam hari ketika semua lampu dirumah dimatikan, hanya ada sinar remang-remang
dari lampu jalanan yang masuk kedalam rumah. Keluargaku hanya keluarga kecil
yang terdiri dari 3 anggota; aku, mama dan bapak. Kami tidur disatu ruangan
yang sama, berjajar di tempat tidur yang sama. Ukuran ruangan tidurnya pun
tidak terlalu luas karena ditambah dengan perabotan rumah. Malam itu rasanya
aku yang paling terakhir tidur, karena mama dan bapak terlihat sudah tertidur
pulas.
Entah, kenapa anak berumur 9
tahun tidur cukup larut. Aku juga lupa entah apa yang membuat aku tidur paling
terakhir, dan malah menerawang ke langit-langit kamar. Suasannya nyaman dan
cahaya yang redup malah membuatku belum juga tertidur. Kamar tidur dan ruang
tamu dipisahkan dengan tembok yang memiliki jendela kaca yang dilengkapi
horden. Aku tidur menghadap horden biru yang berpattern burung cendrawasih,
tapi ada yang berbeda. Entah bagaimana setelah aku mengalihkan pandangan dari
langit-langit kamar menuju jendela aku melihat bayangan hitam ada didepan
jendela kaca. Bayangan hitam itu tidak
besar, terlihat berjongkok tepat dijendela kaca, dan menyingkap horden ke arah
kanan karena posisinya tepat berada di paling kiri jendela kaca.
Aku hanya membeku. Aku sama
sekali tidak bergerak saat melihat bayangan hitam yang semakin terlihat jelas.
Seorang perempuan yang sebaya denganku terjongkok dijendela, dan darah ada
dimana-mana. Dari mata hidung dan mulutnya darah mengalir hingga membasahi
pakaiannya yang berwarna putih. Aku tetap menatapnya, cukup lama hingga senyum
menyeringai terlihat jelas dan membuatku sangat takut. Aku langsung memalingkan
tubuhku dan dengan kencang memeluk gulingku, seakan-akan aku membeku tidak bisa
bergerak sama sekali. Tubuhku terasa
tidak bisa bergerak, rasanya seakan-akan tubuhku terkunci. Mataku terpejam dan
detak jantungku yang tidak karuan membuat rasanya sulit sekali bernafas.
Kemudian saat aku terbangun pagi sudah menjelang.
Sampai saat ini aku masih
mengingat ingatan itu, walaupun aku meragukan yang aku lihat nyata atau hanya
mimpi burukku. Tapi, rasanya hal itu sangat nyata saat aku mengingat kembali
bagaimana anak perempuan itu nyeringai ke arahku. Aku sempat bertanya-tanya
siapa anak perempuan itu, mengapa dia hanya menampakkan dirinya hanya padaku.
Anak perempuan itu yang mengizinkan diriku untuk melihatnya atau aku memang
sebenarnya bisa melihat hantu. Semua pertanyaan dan perasaan heranku hanya aku
simpan sendiri, lagi pula siapa yang akan percaya cerita hantu dari 15 tahun
lalu.
Lamunanku dibangunkan mama dengan
pukulannya kearah kakiku, aku cukup menunjukkan reaksi yang berlebihan yang
membuat mama keheranan. Melihat responku yang aneh membuat mama bertanya apa
yang tengah aku pikirkan, dan dengan santai aku mengungkit hantu anak perempuan
dari 15 tahun lalu. Aku menceritakannya cukup rinci dan terlihat mama
mendengarkan dengan penuh perhatian walaupun tatapannya ia tujukan pada langit
yang semakin gelap. Mama mengangguk beberapa kali lalu menoleh ke arahku
beberapa detik, hal itu membuat aku menyadari bahwa yang aku alami tidak cukup
aneh untuk anak umur 9 tahun.
setelah diam cukup lama setelah
aku selesai bercerita, mama menceritakan kisah yang bahkan tidak aku ingat sama
sekali. Dulu, ada anak kecil seumuran denganku tinggal di kontrakkan milik
nenekku. Anak perempuan itu hanya tinggal dengan ibunya dan banyak keheranan
lainnya. Menurut mama, ayah dari anak perempuan itu tidak pernah terlihat
walaupun sudah mengontrak selama 3 bulan. Mama juga mengatakan bahwa dirinya
pernah bertanya pada ibu anak perempuan itu, dan jawabannya tidak pernah puas
mama dengar. Bahkan, anak perempuan yang seumuran aku pun tidak sekolah sama
sekali. Anak perempuan itu hanya menghabisakan waktunya dengan bermain didepan
kontrakkan atau dipinggir jalan. Lokasi kontrakkan yang berada di belakang rumah
utama yang dimana keluargaku tinggal, dan lokasinya sangat dekat dengan jalan
utama walaupun hanya jalanan kampung.
Suatu hari, dipagi hari yang
cukup cerah anak perempuan itu bermain dipinggir jalan. Terkadang hanya duduk
memandangi kendaraan lalu Lalang, dan terkadang bermain pasir dipinggir jalan.
Saat anak-anak seumurannya sekolah anak perempuan itu hanya bermain sendirian
saat ibunya bekerja. Tiba-tiba saja mama yang berada di dapur segera berlari
keluar rumah saat mendengar teriakkan yang disusul dengan suara tabrakkan yang
cukup kencang. Namun, saat sampai didepan rumah mama hanya mendapati anak
perempuan itu sudah berada dipinggir jalan dengan tubuh yang sudah penuh darah.
Penabrak yang ketakutan langsung tancap gas karena para tetangga langusng
berhamburan keluar.
Mama dan tetangga lainnya
menggotong anak perempuan itu masuk kedalam rumah, selagi tetangga lain mencoba
menghubungi ibu dari anak perempuan itu. Beberapa tetangga pun mencoba
menghubungi ambulan agar segera mendapatkan pertolongan pertama, karena
keadaannya cukup parah dengan luka dimana-mana. Mama mengatakan bahwa wajahnya
penuh darah yang mengalir hingga baju putihnya bukan lagi berwarna putih
bersih, dan beberapa bagian tubuhnya mengeluarkan banyak darah. Butuh waktu
banyak hingga akhirnya ibu dari anak itu datang, kedatangannya pun disusul
dengan tangis histeris. Ambulan yang datang pun langsung sigap menbawa anak
perempaun itu beserta ibunya.
Mama menghela nafas Panjang
dengan tatapan yang berkaca-kaca. Mama melanjutkan kembali ceritanya dengan
nada yang berbeda. Saat ibu dari anak perempuan itu pulang, mama dan nenekku
menunggu di depan rumah sehingga bisa langsung bertanya keadaan anak itu. Ibu
anak itu tidak menghiraukan mama dan nenekku yang cemas menunggunya, ibu dari
anak perempuan itu langsung pergi ke kontrakkannya dengan sedikit berlari. Melihat
ibu dari anak perempuan itu berlari membuat mama dan nenek kebingungan dan
langsung berpikir untuk pergi kekontrakkan. Mama melihat ibu dari anak
perempuan itu sedang mengemasi barang-barang miliknya. Mama sudah bertanya apa
yang terjadi namun tidak juga mendapatkan jawaban, malaj ibu dari anak itu
menangis dan meminta maaf.
Ibu dari anak perempuan itu
sangat tergesa-gesa memasukkan barang-barangnya kedalam tas, tanpa menoleh kearah
mama dan nenek. Menurut mama itu sangat membuatnya bingung dan ditambah ibu
dari anak perempuan itu terus meminta maaf dan meminta maaf tidak bisa lagi ada
dikontrakkan itu. Ada satu hal yang menurut mama sangat mengherankan tentang
keluarga kecil itu, perabotan yang ada sangat sedikit bahkan rasanya yang
dibawanya hanya pakaian saja. Setelah memasukkan barang-barang miliknya kedalam
tas, ibu dari anak perempuan itu izin untuk pergi dan menolak menceritakan apa
yang terjadi. Diakhir cerita mama, mama mengatakan sampai saat ini pun mama
masih bertanya-tanya kejelasan dari kejadian 15 tahun lalu.
Aku terdiam dan berpikir tentang
kejadian menyeramkan yang tidak aku ketahui saat aku sedang bersekolah. Tiba-tiba
mama menambahkan lagi, bahwa menurutnya mama sangat kasian jika mengingat anak
perempuan itu. Mama berkali-kali melihat anak perempuan itu bermain sendiri
walaupun beberapa kali mama sering mengajaknya untuk bermain dengan mainan yang
aku miliki namun anak perempuan itu selalu menolak. Sebelum kejadian kecelakaan
itu, mama memberikan salah satu mainanku yaitu salah satu boneka kecil. Mama mengatakan bahwa anak itu butuh teman
dan mungkin anak kecil itu mendatangiku untuk mengajakku bermain. Mama terdiam
kembali, lalu mengagetkanku untuk kembali masuk kerumah karena adzan magrib
sudah berkumandang. Aku pun masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang tidak
bisa aku jelaskan.
0 Komentar