Tragedy Nasi Kuning yang Tidak akan Pernah Aku Lupakan!



Terkadang kita tidak bisa memprediksikan apa yang akan terjadi.

Tapi, Sebagian orang ada yang bisa.

 

Sebenarnya semua orang punya ‘kemungkinan’ yang bisa aja terjadi, dan semuanya kembali kepada situasi, keadaan, dan pengabaian yang kita punya. Hal tersebut yang mungkin jadi point dari cerita yang mau aku bagikan, cerita yang sepele sekaligus penting untuk kamu tau. Cerita yang mungkin akan menyadarkan kamu atas segala hal yang terjadi disekeliling kamu, kamu tau kan? “hal besar dalam hidup terdiri dari hal-hal kecil didalamnya”. Oleh sebab itu aku ingin membagikan cerita ini dengan kamu, jadi selamat mambaca.

 

Seperti judul dari tulisan ini, “tragedy nasi kuning” yang terdiri dari tragedy dan nasi kuning. Tragedy sendiri kalau dalam bahasa inggris artinya kejadian yang menyedihkan dan nasi kuning yang artinya sebuah makanan dari bahan dasar nasi yang diberi pewarna kuning (dari kunyit) dengan pelengkapnya seperti timun, kacang, telur, dan sambal. Bisa aku simpulkan bahwa ini adalah cerita menyedihkan dari nasi kuning. Tapi, yang dibahas disini adalah bukan cerita dari nasi kuningnya melainkan cerita sang pembeli nasi kuning. Cerita aku yang membeli nasi kuning.

 

Sekitar 2 tahun yang lalu, saat aku masih berkuliah yang jam keberangkatannya jam set 8 aku selalu tidak sempat untuk sarapan. Karena waktu yang mepet dan penjual sarapan yang harus dikejar, jadilah aku meluangkan waktu untuk membeli lalu membawanya aja. Diseberang rumahku biasanya ada penjual bubur, sayangnya menurutku bubur ayam tidak cukup mengganjal perut yang kapasitasnya agak besar ini. Option kedua dari bubur ayam adalah nasi kuning keliling dengan gerobok yang hanya mangkal dekat rumahku dijam 6, hanya beberapa menit saja lalu pergi keliling lagi.

 

Karena option pertama tidak mungkin jadilah aku memilih option kedua, yaitu membeli nasi kuning. Nah, karena waktu yang sangat mepet dengan siap-siap pergi ke kampus jadilah aku memilih untuk membawanya saja ke kampus. Ngomong-ngomong, ini bukan pertama kalinya aku makan nasi kuning di abang penjual dengan gerobak ini ya, sebelumnya aku pernah membelinya dan pernah juga sempat untuk makan dirumah. Kembali lagi, aku membawanya ke kampus sebagai brunch aku yang dimakan sekitar jam 10 pagi di jam istirahat. Sayangnya, waktu itu tidak sempat istirahat karena waktu jam istirahatnya yang dipakai untuk jam kelas. Istirahatnya memang jadi lebih awal dan aku sudah suffering dari lapar yang datang.

 

Sekitar jam 11 atau 11.30 aku baru sempat makan nasi kuning. Aku agak ragu saat mau memakannya, tapi lagi-lagi suffering dari hungry memang agak menekanku dan membuat aku memakan nasi kuningnya beberapa suap, tidak sampai benar-benar habis. Aku merasa ada yang salah, namun aku abaikan saja karena aku sungguh tidak sanggup menahan lapar. Waktu berjalan sama seperti biasanya, aku pulang setelah perkuliahan selesai. Sampai rumah beres-beres kemudian tidur siang sebelum jam kerjaku datang.

Ketika jam 3 datang aku harus sudah siap-siap untuk bekerja, bisa dikatakan ini kerja part-time kali ya?! Semuanya masih baik-baik saja, hingga jam 5 datang. Sesuatu kejadian yang pertama kali aku alami sepanjang hidupku, sesuatu yang tidak pernah aku duga, tapi pernah terlintas dipikiranku. Tiba-tiba perutku merasa tidak enak, memang belum makan lagi dari sepulang kuliah. Kali ini perutku tidak enaknya sangat berbeda, tadinnya aku mengira rasa tidak enak itu penyebab maag yang kambuh. Setelah merasa perutku tidak enak, aku merasa ada rasa mual yang datang. Rasa mual yang langsung membawaku untuk lari ke toilet, dan kemudian aku muntah.

 

Rasa mual yang sakit sekali, seperti lambungku mencengkram kuat hingga isinya dipaksa keluar. Setelah mondar-mandir dua kali dengan jarak yang tidak terlalu jauh, kali ini perutku kembali tidak enak namun rasanya berbeda. Rasa tidak enak diperutku kembali membawaku ke toilet dan ternyata untuk buang air besar. Beberapa menit kemudian aku merasa lemas karena sudah berkali-kali mondar-mandir toilet untuk muntah dan buang air besar. Aku yang lemas lalu meminta izin untuk pulang sebelum magrib. Dijalan pulang aku membeli bubur untuk mengisi perutku yang rasa ringkih sekali. Sampai rumah berusaha makan bubur atau makan-makanan lain, namun sayangnya makanan apa pun yang aku masukan kedalam perutku malah keluar kembali. Bahkan tidur pun tidak nyenyak karena kembali untuk muntah dan buang air besar.

 

Besok paginya aku berpikir untuk libur kerja dan berobat. Saat berobat aku mengungkapkan seperti aku salah makan, iya, salah makan nasi kuning yang aku sudah punya firasat nasi kuning dengan sambal yang basi. Agak malu sangat mengungkapkannya tapi memang itu kenyataanya. Setelah minum onat sekali rasanya sudah sangat baikkan, muntah dan buang air besar sudah semakin berkurang. Rasanya aku memang keracunan makanan basi yang awalnya aku rasa efeknya tidak akan separah ini, dan sekarang aku tau.

 

Aku tipe orang yang asal makan aja selagi itu sehat, enak, dan laper (hihihi) dan satu lagi, penciumanku tidak terlalu baik, jadi tiap kali aku ragu dengan suatu makanan aku selalu minta tolong orang lain untuk mengeceknya. Aku pernah dibilang sama mama, mungkin kalau ada makanan beracun aku salah satu orang yang mati duluan karena asal makan aja. Idih aduh semoga aja gak kejadian, deh. Dari tragedy nasi kuning (basi) ini semoga aku dan kamu lebih aware lagi dengan makanan yang dikonsumsi, ya, jangan sampai merasakan apa yang pernah aku rasakan yang rasanya tersiksa sekali.

 

Sampai ketemu dicerita lain berikutnya, terima kasih.

 

Posting Komentar

0 Komentar