Terkadang kita tidak bisa
memprediksikan apa yang akan terjadi.
Tapi, Sebagian orang ada yang
bisa.
Sebenarnya semua orang punya
‘kemungkinan’ yang bisa aja terjadi, dan semuanya kembali kepada situasi,
keadaan, dan pengabaian yang kita punya. Hal tersebut yang mungkin jadi point
dari cerita yang mau aku bagikan, cerita yang sepele sekaligus penting untuk
kamu tau. Cerita yang mungkin akan menyadarkan kamu atas segala hal yang
terjadi disekeliling kamu, kamu tau kan? “hal besar dalam hidup terdiri dari
hal-hal kecil didalamnya”. Oleh sebab itu aku ingin membagikan cerita ini
dengan kamu, jadi selamat mambaca.
Seperti judul dari tulisan ini,
“tragedy nasi kuning” yang terdiri dari tragedy dan nasi kuning. Tragedy sendiri
kalau dalam bahasa inggris artinya kejadian yang menyedihkan dan nasi kuning
yang artinya sebuah makanan dari bahan dasar nasi yang diberi pewarna kuning
(dari kunyit) dengan pelengkapnya seperti timun, kacang, telur, dan sambal.
Bisa aku simpulkan bahwa ini adalah cerita menyedihkan dari nasi kuning. Tapi,
yang dibahas disini adalah bukan cerita dari nasi kuningnya melainkan cerita
sang pembeli nasi kuning. Cerita aku yang membeli nasi kuning.
Sekitar 2 tahun yang lalu, saat
aku masih berkuliah yang jam keberangkatannya jam set 8 aku selalu tidak sempat
untuk sarapan. Karena waktu yang mepet dan penjual sarapan yang harus dikejar,
jadilah aku meluangkan waktu untuk membeli lalu membawanya aja. Diseberang
rumahku biasanya ada penjual bubur, sayangnya menurutku bubur ayam tidak cukup
mengganjal perut yang kapasitasnya agak besar ini. Option kedua dari bubur ayam
adalah nasi kuning keliling dengan gerobok yang hanya mangkal dekat rumahku
dijam 6, hanya beberapa menit saja lalu pergi keliling lagi.
Karena option pertama tidak
mungkin jadilah aku memilih option kedua, yaitu membeli nasi kuning. Nah,
karena waktu yang sangat mepet dengan siap-siap pergi ke kampus jadilah aku
memilih untuk membawanya saja ke kampus. Ngomong-ngomong, ini bukan pertama
kalinya aku makan nasi kuning di abang penjual dengan gerobak ini ya,
sebelumnya aku pernah membelinya dan pernah juga sempat untuk makan dirumah.
Kembali lagi, aku membawanya ke kampus sebagai brunch aku yang dimakan sekitar
jam 10 pagi di jam istirahat. Sayangnya, waktu itu tidak sempat istirahat
karena waktu jam istirahatnya yang dipakai untuk jam kelas. Istirahatnya memang
jadi lebih awal dan aku sudah suffering dari lapar yang datang.
Sekitar jam 11 atau 11.30 aku
baru sempat makan nasi kuning. Aku agak ragu saat mau memakannya, tapi
lagi-lagi suffering dari hungry memang agak menekanku dan membuat aku memakan
nasi kuningnya beberapa suap, tidak sampai benar-benar habis. Aku merasa ada
yang salah, namun aku abaikan saja karena aku sungguh tidak sanggup menahan lapar.
Waktu berjalan sama seperti biasanya, aku pulang setelah perkuliahan selesai.
Sampai rumah beres-beres kemudian tidur siang sebelum jam kerjaku datang.
Ketika jam 3 datang aku harus
sudah siap-siap untuk bekerja, bisa dikatakan ini kerja part-time kali ya?!
Semuanya masih baik-baik saja, hingga jam 5 datang. Sesuatu kejadian yang
pertama kali aku alami sepanjang hidupku, sesuatu yang tidak pernah aku duga,
tapi pernah terlintas dipikiranku. Tiba-tiba perutku merasa tidak enak, memang
belum makan lagi dari sepulang kuliah. Kali ini perutku tidak enaknya sangat
berbeda, tadinnya aku mengira rasa tidak enak itu penyebab maag yang kambuh.
Setelah merasa perutku tidak enak, aku merasa ada rasa mual yang datang. Rasa
mual yang langsung membawaku untuk lari ke toilet, dan kemudian aku muntah.
Rasa mual yang sakit sekali,
seperti lambungku mencengkram kuat hingga isinya dipaksa keluar. Setelah
mondar-mandir dua kali dengan jarak yang tidak terlalu jauh, kali ini perutku
kembali tidak enak namun rasanya berbeda. Rasa tidak enak diperutku kembali
membawaku ke toilet dan ternyata untuk buang air besar. Beberapa menit kemudian
aku merasa lemas karena sudah berkali-kali mondar-mandir toilet untuk muntah
dan buang air besar. Aku yang lemas lalu meminta izin untuk pulang sebelum
magrib. Dijalan pulang aku membeli bubur untuk mengisi perutku yang rasa
ringkih sekali. Sampai rumah berusaha makan bubur atau makan-makanan lain,
namun sayangnya makanan apa pun yang aku masukan kedalam perutku malah keluar
kembali. Bahkan tidur pun tidak nyenyak karena kembali untuk muntah dan buang
air besar.
Besok paginya aku berpikir untuk
libur kerja dan berobat. Saat berobat aku mengungkapkan seperti aku salah
makan, iya, salah makan nasi kuning yang aku sudah punya firasat nasi kuning
dengan sambal yang basi. Agak malu sangat mengungkapkannya tapi memang itu
kenyataanya. Setelah minum onat sekali rasanya sudah sangat baikkan, muntah dan
buang air besar sudah semakin berkurang. Rasanya aku memang keracunan makanan
basi yang awalnya aku rasa efeknya tidak akan separah ini, dan sekarang aku
tau.
Aku tipe orang yang asal makan
aja selagi itu sehat, enak, dan laper (hihihi) dan satu lagi, penciumanku tidak
terlalu baik, jadi tiap kali aku ragu dengan suatu makanan aku selalu minta
tolong orang lain untuk mengeceknya. Aku pernah dibilang sama mama, mungkin
kalau ada makanan beracun aku salah satu orang yang mati duluan karena asal
makan aja. Idih aduh semoga aja gak kejadian, deh. Dari tragedy nasi kuning
(basi) ini semoga aku dan kamu lebih aware lagi dengan makanan yang dikonsumsi,
ya, jangan sampai merasakan apa yang pernah aku rasakan yang rasanya tersiksa
sekali.
Sampai ketemu dicerita lain
berikutnya, terima kasih.
0 Komentar