Waktu yang Tepat


​Tanpa sadar, kini waktu terasa begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin semuanya dimulai. Tetapi, apakah ini akan segera menuju akhir? Atau akan menuju sebuah permulaan lagi? Rasanya, hidup semakin banyak yang harus dipikirkan.

Semakin dewasa, semakin banyak pertimbangan sederhana, tetapi begitu sulit untuk diputuskan.
​Setelah lulus dari sekolah, banyak sekali tuntutan yang tanpa sadar harus dibuat sendiri, melawan rasa takut untuk sembunyi. Tuntutan yang harus dipenuhi, mulai dari tuntutan keluarga, sosial, bahkan diri sendiri. Harus berani memilih pijakan sebelum melangkah tanpa tahu pijakan itu aman atau sebuah jebakan.

​Rasanya, waktu bisa saja tidak tepat, tetapi semakin mengulur waktu, rasanya semakin tidak tepat juga. Waktu berjalan begitu cepat, hari-hari rasanya hanya sekelebat saja. Saat melihat ke belakang, sudah banyak sekali yang dilewati, dari susahnya memilih pilihan sampai susahnya untuk bertahan. Tidak ada alasan untuk menghindar, karena semakin menghindar, hal lain terasa semakin mengejar. Sembunyi? Sembunyi pun rasanya seperti pengecut.

​Pemikiran masa kecil bahwa dewasa adalah hal yang mengasyikkan, ternyata hanya tipuan belaka yang ditampilkan orang dewasa. Hal itu baru aku pahami sekarang setelah menjadi orang dewasa itu; hal yang paling mudah dilakukan adalah terlihat baik-baik saja. Setelah melewati quarter life crisis, memang semuanya terasa tidak perlu banyak yang dikejar, mungkin lebih baik membiarkan semuanya berjalan apa adanya.

​Beberapa tahun lagi menginjak kepala tiga puluh, mungkin lebih baik membangun sebuah keluarga, untuk perempuan yang dasarnya ingin dinafkahi. Momok menakutkan tentang umur memang selalu jadi hal yang menghantui perempuan, ditambah dengan tekanan lingkungan yang tanpa sadar membangun rasa tidak percaya diri dan mulai menutup diri. Tetapi, apa ini waktu yang tepat untuk menikah bersama seseorang yang sudah bertahun-tahun bersama?

​Tidak ada yang menjamin waktu yang tepat itu adalah waktu yang terbaik. Tidak ada yang menjamin pula semuanya akan berjalan sesuai yang diharapkan. Terkadang, sifat manusia yang keras kepala dan pelupa mendominasi pilihan dan keinginan, sampai lupa peran Tuhan, Sang Pemilik Segalanya. Manusia yang terkadang menyampingkan kebenaran bahwa kuasa Tuhan itu benar adanya.

​Dengan harapan dan doa, manusia yang belajar menyadari kuasa Tuhan memilih dengan berserah bahwa waktu yang tepat adalah sekarang. Memilih pijakan itu untuk tetap melangkah dan semoga tidak salah arah. Semoga waktu ini adalah waktu yang disetujui pula oleh Tuhan untuk melanjutkan hidup sebagai seorang pendamping hidup, untuk beribadah seumur hidup, dan untuk tetap terus percaya bahwa kuasa Tuhan akan selalu ada di setiap doa-doa.

​Ini adalah waktu yang tepat untuk meminta kejelasan bahwa langkah kita sama dan akan kita langkahkan kaki kita bersama

Posting Komentar

0 Komentar