My Special Moment: For The First Time To Get The Throphy


First of all, I wanna say thank you for your support and your wishes for me, hope that will back to you, even more, more than you gave it to me.

I still think that was just a dream, beautiful dream  I ever dream before.

Mari kita mulai sebelum perasaan senang ini hadir didalam hatiku, mari kita mulai  di mana semuanya terasa tidak ada kemungkinan.



Sebulan sebelum diumumkannya diadakan lomba dikampusku aku sudah dengar desas-desus bahwa akan ada lagi kompetisi didalam kampus, kompetisi yang tahun lalu juga diselenggarakan pada bulan desember 2018. Namun tahun lalu aku tidak ikut karena diselenggarakan pada hari sabtu, yang  di mana aku bekerja. Tahun ini sangat kebetulan sekali diselenggarakannya pada hari minggu yang tetap saja aku hampir berpikir untuk tidak ikut acara tersebut.

Karena kompetisi tersebut melibatkan mahasiswa yang diharuskan membayar biaya untuk yang ikut maupun tidak, jadi aku berpikir untuk ikut dan berpikir untuk ikut kompetisi kali ini. Ada beberapa kompetisi yang ada seperti, poetry, story telling, speech, design poster, accoustic and drama. Aku menjadi salah satu perwakilan dari kelas morning yang ikut, dan dari kelas morning juga ada yang berpartisipasi mengikuti drama sebanyak 7 orang.

Aku sempat berpikir, aku lebih baik ikut design poster saja. Tak perlu tampil didepan banyak orang terlalu banyak, tak perlu secara langsung menunjukkan kebisaanku. Tapi kalau dipikir-pikir, aku tidak jago design juga, sempat berpikir juga kalau meminta bantuan orang lain untuk mendesign. Aku kembali berpikir lagi, lagi, lagi dan lagi.

Aku kembali berpikir, apa aku lebih baik ikut poetry aja, atau design poster saja. Aku bertanya apa boleh ikut 2 kompetisi sekaligus, kata panitianya gak bisa. Kebetulan aku bertanya pada salah satu panitia yang sangat dekat denganku, menurutnya aku lebih baik ikut poetry aja dari pada design poster. Dia bilang kalau dia mau liat aku baca puisi, dan dia juga tau kalau aku juga suka menulis puisi. Aku kembali berpikir, sebaiknya aku ikut poetry aja.

Aku baru menulis puisinya seminggu sebelum acara diselenggarakan, dengan tema Back to Nature aku membuatnya senatural mungkin, menceritakan tentang alam seindah dan serealitis mungkin. Aku membuat satu naskah yang kemudian aku meminta pendapat 2 orang yang menurutku mungkin akan membuatku percaya diri dengan apa yang aku buat, dan itu berhasil; mereka berdua membuat aku yakin dengan apa yang aku buat.

Namun sayang dan sungguh minta maaf, kembali terjadi aku yang tak percaya diri ini mulai tidak mempercayai apa yang aku buat. Aku butuh merevisinya kembali kurang dari seminggu, ada perubahan disini dan perubahan disana, sampai beberapa kertas harus ku corat-coret. Tulisanku yang tidak bagus semakin berantakan hanya karena salah tulis lalu ganti kertas lagi, menyalinnya kembali agar rapi namun salah tulis lagi, menyalinnya kembali dalam huruf yang lebih kecil namun tetap saja salah tulis.

Aku menyebutnya sebagai serangan jantung, aku biasa merasakannya, saat terlalu takut dan memikirkan sesuatu secara berlebihan akan ada sesuatu yang kuat menahan paru-paruku untuk tidak sepenuhnya menghirup udara. Tidak hanya kesulitan bernafas, tapi juga ada bagian kepalaku yang terasa tertekan cukup kuat. Hal ini biasa terjadi padaku setiap kali aku akan menghadapi sesuatu yang besar dalam hidupku, walaupun ini bukan kompetisi pertama tapi ini adalah kompetisi pertama dikuliah dan kompetisi pertama  di mana aku membacakan tulisan pertama ku.

Bisa dibilang aku orang yang paling gak percaya sama diri sendiri, sebab aku mencoba untuk ikut berbagai kompetisi, lebih banyaknya online sih, namun nasib memang belum berpihak sama aku. Itu sebabnya terlalu banyak ketakutan yang muncul dan memang kurangnya support system, karena tiap kali ingin mencoba sesuatu aku tidak pernah bilang. Selain takut kalah dan mengecewakan orang lain, aku juga takut berharap dengan diriku sendiri.

Aku gak sepenuhnya hapal sampai H-1 pun aku masih lenyeh-lenyeh gak sampai baca berulang-ulang, rasanya udah putus asa, gak mau coba terlalu keras nanti yang ada serangan jantung, susah nafas dan pening datang lagi jadi aku pilih untuk sedikit mengabaikannya.

Hari itu pun datang, acaranya mulai jam 3 sore tapi dari jamj 10 pagi perasaanku makin kacau untung saja motivasi terbesarku untuk pergi adalah karena ingin bertemu seseorang yang lebih tepatnya akan mengantarkanku dan bahkan menemaniku sampai acara selesai.  Sampai jam 11 aku masih sibuk menjait dress yang bolong karena knalpot lalu menggosoknya, disisi lain pikiranku dihari sebelumnya mengidekan untuk menggunakan dress yang lain. Aku bertanya pada mama apakah dia punya dress putih atau tidak, dan aku sangat bersyukur saat itu keberuntungan ada dipihakku.

Namun sayang, hujan turun lebih dulu tapi beruntungnya aku sudah sampai dekat kampus. Melihat hujan yang turun perasaanku semakin kacau, hujan yang cukup lama dengan petir yang saling menyambar buat perasaanku semakin buyar. Katanya aku lebih baik membaca ulang, membaca ulang puisi berbahas inggris diantara para peneduh hujan didepan Ind*maret sedangkan dirinya sedang asik scroll instagram. Aku sudah mengira bahwa ibu-ibu disampingku pasti keheranan melihatku menunduk sambil memegang secarik kertas kecil yang aku letakkan diatas kepalaku.

Jika hujan tidak berhenti maka aku tak akan tampil.
Jika hujan tidak berhenti aku tak akan menggunakan dress yang aku bawa ditas.
Jika hujan berhenti, mungkin dress panjang yang aku gunakan akan kotor.
Jika hujan berhenti tapi aku tak yakin maka aku tak akan memberanikan diri untuk tampil.


Waktu semakin dekat menuju waktuku, sesak nafas dan serangan jantung lebih intense ditambah tanganku yang mulai dingin. Aku berkali-kali mengeluh karena rasanya makin sulit bernafas, berkali-kali aku memukul lengannya, berkali-kali menatap matanya, berkali-kali minta diyakinkan, namun yang aku dapat malah ditakut-takutkan. Tapi disela-sela ditakut-takutkan dia bilang bahwa semuanya bukan akhir dari segalanya.


Aku meminta salah satu temanku untuk menemaniku mengganti baju, aku semakin tidak karuan. Ada aku yang berani dan ada aku yang pengecut.  Untuk pertama kalinya aku menggunakan dress putih didepan banyak orang dan didepan dia, dan untuk pertama kalinya aku merasa aku mampu, sedikit lebih mampu dari biasanya.

Aku masih berkali-kali mengatakan bahwa aku takut, aku ingin berhenti, aku sangat bingung, aku semakin sulit benafas, aku semakin ingin lari pergi menjauh.

Giliranku tiba, namaku sudah dipanggil. Dengan kaki yang aku biarkan bebas berjalan di tanah yang lembab aku perlahan naik keatas panggung dengan perlahan, jika kamu mau tau bagaimana rasanya biar aku jelaskan sedikit.

Rasanya seperti dunia berhenti untuk sesaat, kali ini benar-benar semua mata tertuju padaku. Mata itu seperti bersiap untuk menusukku, dadaku semakin tertekan cukup kuat dan tanganku sudah pasti gemetaran. Dengan jumlah yang sudah ku anggap banyak itu berhasil membuat aku hampir pingsan, hampir goyah dan hilang pandangan. Namun ku coba untuk menarik nafas perlahan.

Aku membuat kesalahan dikata pembuka, oh my god ! Aku sudah berlatih sebelumnya didalam pikiranku, kenapa bisa salah, kenapa harus begitu gugup. Namun perlahan aku coba membaik-baikkan segalanya, membayangkan bahwa saat itu adalah saat yang paling aku dambakan.

Aku memulai bait pertamaku yang keluar dari tulisan yang ku buat, aku kembali berusaha untuk mentidak masalahkan hal tersebut. Perlahan berjalan attas panggung berusaha mengurangi rasa grogiku, lumayan sedikit mengurangi walau tidak banyak.  Lagi-lagi aku salah, tapi aku tak mungkin mengulangnya kembali. Tidak apa-apa. Aku melakukan kesalahan lagi, aduh.. kenapa aku keluar dari arahan yang sudah kubuat. Okey tidak apa-apa. Ah... ini terlalu kecepatan, biar cepat selesai. Pronunnya kurang bener, gimana sih. Duh... penutupnya bilang apa ini, tiba-tiba blank gitu aja. Dia menontonku, dia merekamku, aku tak mungkin menampilkan yang jelek tapi memang dari awal sudah banyak yang salah.

Selesai. Aku turun dari panggung.

Bila dijelaskan, kali ini tidak bisa dijelaskan sama sekali. Aku bahkan gak tau apa yang aku rasa, bingung apa yang aku rasa. Aku harus memeluk seseorang, dadaku semakin sesak, mataku terasa panas tapi tak sampai air-air itu meluap. Aku dapat pelukkan dari beberapa orang, cukup melegakan, cukup mengurangi panas dimataku.

Jeda cukup lama untuk sebuah pengumuman, aku semakin dihadapkan lagi pada ketakutan yang makin menjadi. Tentu saja aku mengharapkan kemenangan yang jarang sekali aku dapatkan, tapi sebagian diriku seolah tidak perduli dan berpikir sudah pasti kalah. Rasanya aku ingin pulang saja.

Sampai pengumuman diumumkan, aku percaya tidak percaya bahwa aku akan menang.

Tapi....

Untuk pertama kalinya namaku dipanggil, namaku dipanggil untuk maju kedepan, namaku dipanggil untuk mendapatkan thophy, namaku dipanggil untuk sebuah penghargaan.

Sudah jelas aku senang walaupun ada perasaan kurang puas dengan penampilanku, sudah jelas aku senang walaupun aku merasa apakah aku pantas untuk itu?. Aku masih tidak percaya sampai tulisan ini aku buat, bahwa aku menang, ya, aku memenangkan sesuatu setelah sekian lama aku kalah dari kompetisi dan kalah dengan diriku sendiri. Sudah pasti aku senang, sudah pasti aku merasa bahwa ini mimpi. Mimpi yang sudah lama aku impikan, mimpi yang aku kira tak akan pernah jadi nyata.
Untuk pertama kalinya aku pegang thropy milikku sendiri, usahaku sendiri, untuk pertama kalinya ada yang orang special yang menonton hari kemenanganku, untuk pertama kalinya saat itu aku merasa begitu berharga, aku menghargai diriku sendiri, aku bangga dengan diriku sendiri.

Aku tau, mungkin aku bukan orang yang kuat. Aku juga tau aku bukan seperti orang lain yang mendapatkan dorongan dari orang lain, aku juga tau aku bukan seperti orang lain yang mendapat celaan dari orang lain. Aku bertarung dengan diriku sendiri walaupun terdengar tidak masuk akal, aku bertarung dengan diriku sendiri walaupun aku tau tidak ada yang mengerti.

Aku senang, kali ini dan untuk pertama kalinya ada yang bangga dan terang-terangan mengatakan padaku bahwa mereka bangga denganku malah jauh lebih bangga dari diriku sendiri. Aku senang walaupun aku masih memikirkan kesalahan yang kubuat saat pentas, yang rasanya mau aku putar kembali untuk memperbaikinya.

Bagi seorang pemilik kepercayaan diri yang rendah dan kurangnya support system hal seperti ini akan sangat melelahkan, bahkan sebelum pertarungan yang sesunguhnya sudah melelahkann karena bertarung dengan diri sendiri terlebih dahulu. Mungkin ini agak tidak masuk akal tapi it happens to me, really really happen to me.

Banyak yang bilang kita harus mempush diri kita, entah itu pada banyak hal atau pada hal yang harus kita terobos. Keluar dari zona nyaman gak berarti harus keluar dari diri kita, keluar dari zona nyaman juga tidak selalu benar yang terpenting adalah berani mencoba. Keluar dari zona nyaman bukannya akan memasukkan kamu pada zona lain yang nanti juga akan buat kamu nyamankan?. Keluar dari zona nyaman itu memang hidup, berpindah-pindah intinya, berubah-ubah dan tidak selalu sama. Tapi ada beberapa yang bilang bahwa hidup ini ada patternnya loh, jadi mungkin harus belajar mempetakannya.


Dan yang baru aku pelajari setelah kemenangan ini adalah, bukan tentang menang, bukan tentang thropynya saja tapi tentang mengalahkan diri sendiri yang terlalu takut,  tentang mengalahkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dan tentang bagaimana menjaga semuanya sesuai dengan kontrol. Dari kemenangan ini aku banyak sekali belajar, bahwa yang selalu diusahakan tidak selalu berjalan lancar, dan berjalan lancar tentu dari doa-doa dan harapan yang terkabul dari hati-hati yang tulus mendoakan.












Aku mau ucapkan terima kasih pada manusia-manusia yang mendoakan aku, yang menjadi tempat keluh kesah aku yang rela aku pukul, aku cubit, terima kasih atas pelukkan hangatnya, terima kasih atas ucapannya, terima kasih juga telah percaya kalau aku bisa.
Terima kasih aku ucapkan sebesar-sebarnya, semoga kalian yang mendoakan dan mensupport aku akan diberikan kebaikan didunia ini lebih besar dan lebih melimpah lagi, semoga dimudahkan dimasa sulit dan bahagia selalu.






Untuk yang mau baca puisi yang aku bacakan bisa clcik Disini

Semangat terus untuk kalian ya :)

Posting Komentar

0 Komentar