Kita Hanyalah Seorang Manusia dari buku "The Book You Wish Your Parent Had Read' Part 2


  

Selamat datang kembali di blog ini, mari kembali melanjutkan pembahasan sebelumnya. Kali ini kita akan melanjutkan kembali highlight yang aku temukan dibuku yang pernah aku baca, yaitu; The Book You Wish Your Parents Had Read. Tulisan ini adalah Part 2 dari tulisan Part 1 yang berjudul “Anak adalah Bagaimana Orang Tuanya”.

 

Dibuku yang sudah aku sebutkan diatas adalah buku mengenai bagaimana cara berkoneksi dengan diri sendiri dan kemudian anak, jika pada part 1 mengenai koneksi kepada anak maka dalam postingan ini adalah mengenai bagaimana terkoneksi dengan diri sendiri. Seperti yang kita tau bahwa koneksi pada diri sendiri pun harus sama baiknya dengan koneksi kita terhadap anak. Tapi, terkadang perasaan-perasaan yang mengganggu tentu sering kali datang.

 

Tidak ada seorang pun yang sepenuhnya suci ataupun berdosa

 

Menjadi seorang manusia yang punya beragam aspek yang berbeda, tentu membuat kita merasa banyak salah dan dosa. Dalam kata lainnya, setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan yang disengaja maupun tidak. Sebagai seorang dewasa atau orang tua yang sudah melewati berbagai macan terpaan masalah yang bertubi-tubi dan berbeda, tentu sudah mengetahui bagaimana berkomunikasi yang baik, maka orang dewasa juga sebaiknya juga mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dengan diri sendiri dengan baik pula. Cara berkomunikasi yang baik akan berpengaruh, jangan terlalu menghakimi, menyalahkan sepenuhnya pada diri sendiri tentang banyak hal.

 

“Tidak semuanya harus sempurna, tidak ada yang benar-benar sempurna”

 

Sebagai seorang hamba, tidak ada yang benar-benar sempurna melainkan Allah Sang Pencipta. Tidak ada yang benar-benar sempurna sebagai manusia, tidak ada yang benar-benar sempurna sebagai orang dewasa, tidak ada yang benar-benar sempurna sebagai orang tua. Semua orang hanya berusaha untuk menerapkan mana yang terbaik dari sekian banyak hal yang pernah terjadi sepanjang hidup hingga ada diposisi ini. Dari memilah yang terbaik itu terkadang membuat kita berhadapan dengan berbagai masalah lainnya, perasaan tidak nyaman bahkan mendatangkan masalah-masalah sepele atau kecil lainnya.

 

“Tidak ada hidup yang bebas dari rasa kecemasan, masalah yang tidak teratasi, kedatangan orang baru atau kehilangan orang terdekat”

 

Memang sangat berat untuk menerima segala yang kita tidak inginkan, namun dibalik itu begitulah dinamika kehidupan. Bukankah kita sudah tau bahwa hidup ini adalah sebuah roda yang berputar dijalan yang tidak selalu mulus, tidak selalu bisa menghindari lubang dijalan. Mungkin dengan penerimaan dan berusaha menyesuaikan diri akan bermanfaat dari pada selalu menolak segala yang terjadi pada hidup kita.

 

Pada akhirnya kita hanyalah seorang manusia. Manusia yang selalu mengusahakan mana yang terbaik, mana yang dapat dilakukan atau diterapkan, mana yang paling dapat kita tolerir, dan mana yang paling bisa kita pertanggung jawabkan.

 

Sekian tulisan kali ini, sampai jumpa dipostingan dan part selanjutnya.